Teknologi sudah berkembang pesat, dan 4.0 menjadi landasan anak anak saat ini beralih ke permainan yang lebih praktis dan modern. Tapi, ada saja permainan tradisional yang sulit kita lupakan, sekalipun sekarang beberapa permain sudah hampir hilang. Nih, permainan tradisional versi Idenom yang selalu bikin nostalgia:
1. Panggal
Panggal/Gasing adalah permainan yang terbuat dari batang pepohonan. Biasanya masyarakat jika hendak membuat gasing, mereka memilih kayu yang kuat. Seperti batang pete, batang jati, batang kayu sayo, ada juga yang menggunakan batang gerenuk (maja). Pemilihan bahan baku (batang kayu) sangatlah menentukan ketangguhan gasing kita.
2. Bebedilan
Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki. Dan Bahan yang sering dipakai diambil dari sekitar lingkungan alam. anak-anak membuat bebedilan dari bambu yang berukuran kecil. Yang diambil dari ranting bambu apus atau jenis bambu lainnya. Bambu kecil tersebut berdiameter 05-1 cm dan diambil setiap 1 ruas. Kemudian ruas tersebut dipotong menjadi dua bagian. Bagian bawah dengan ruas tertutup lebih pendek, sementara ruas atas lebih panjang dan dua ujung berlubang, dengan perbandingan panjang 1:3. Bambu ruas pendek kemudian dimasuki potongan stik yang berasal dari bambu. Sisa potongan stik kayu dikerut hingga kecil, sehingga bisa masuk pada potongan bambu yang berukuran panjang. Sisa potongan stik kemudian dipotong 1 cm lebih pendek dari panjang bambu yang berukuran panjang. Maka jadilah permainan tradisional bebedilan.
Sementara peluru yang dipakai biasanya kandri. Peluru-peluru atau pelor yang berasal dari buah kandri dimasukkan satu bersatu ke bebedilan. Peluru pertama dipukul-pukul hingga masuk dan dibiarkan hingga ujung lubang. Lalu peluru kedua dimasukkan lagi dengan cara sama hingga masuk di pangkal bebedilan. Dari pangkal inilah kemudian disodokkan dengan keras sehingga terdengar bunyi ―dor.
3. Tamtambuku/Tum-tum Rujak
Permainan ini membutuhkan lahan berukuran 5 x 7 meter. Namun semakin luas, akan semakin leluasa bagi anak-anak bermain. lahan yang digunakan untuk bermain adalah halaman rumah, lapangan, kebun, halaman sekolah. Lebih baik jika halaman yang dipakai rata, berumput, atau bersemen.
Anak-anak yang hendak bermain tam-tambuku, baik laki-laki dan perempuan, biasanya berkumpul lebih dulu sebelum bermain untuk membagi jumlah pemain. maka 2 di antara mereka harus dipilih untuk menjadi pemimpin (mayor yang bertugas menjadi pemangku keputusan). Ada yang menjadi pemimpin biasanya berusia paling tua. Namun bisa ditentukan sesuai dengan kesepakatan anak-anak yang bermain.
Setelah disepakati, maka kedua pemain menjauh dari kerumunan anak-anak lain yang bermain. Mereka membuat kesepakatan bersama terhadap penggunaan nama-nama pohon, , tokoh ternama, dan lain-lain, yang tidak boleh diketahui oleh pemain-pemain lainnya.
4. Gobag
Permainan gobag ini terbagi kedalam 7 jenis permainan gobag, permainan gobag bagaimana taktik mempertahankan markas dan bagaimana cara menangkap musuh, dalam permainan gobag arena sudah ditentukan dengan garis kotak, disini banyak unsur taktik dan strateginya . Nah, ini beberapa taktik dalam permainan gobag:
• Gobag Sodok;
• Gobag Ngebapang; melumpuhkan lawan-lawan yang ada minimal tiga tim sekaligus, sehingga lawan-lawannya menjadi anggota tim yang sudah melumpuhkannya.
• Gobag Satang; melumpuhkan lawan dengan tangan memegang umbuk
• Gobag Glasin; tak-tik menyelinap di benteng musuh
• Gobag Kesit; tak-tik memancing musuh
• Gobag Kurung; tak-tik melarikan diri dari kepungan musuh
• Gobag Asinan; taktik bertempur dan menangkap serta tukar menukar tawanan
5. Bathok-bathokan
Selain mengenal jangkungan/engrang dari bambu, anak-anak masyarakat Banten masa lalu juga mengenal batokan. Batokan terbuat dari batok kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau tambang. Permainan batokan tidak terbatas untuk dimainkan oleh anak laki-laki, tetapi juga kadang dipakai untuk bermain anak perempuan. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas masing-masing batok, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan.