Banyak sekali metode untuk meningkatkan motivasi belajar, terutama bagi seorang pengajar mesti memiliki berbagai macam strategi jitu untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Biasanya seorang pengajar menerapkan dua cara untuk meningkatkan motivasi belajar, pertama, seorang pengajar mampu mengoptimalisasikan prinsip belajar yang pada prinsipnya seorang pengajar memandang kehadiran peserta didik dalam mengikuti pelajaran adalah suatu motivasi yang berasal dari peserta didik. Kedua, pengajar mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis saat pembelajaran sebab peserta didik ada saja yang terhambat sebab berbagai permasalahan.
Dengan motivasi belajar yang tinggi, seorang pelajar akan lebih bersemangat saat menerima pelajaran yang disampaikan. Sebaliknya, jika motivasi belajarnya menurun, seorang pelajar kan cepatbosan menerima pelajaran, dirundung rasa kantuk dan rasa ingin keluar saat jam pelajaran. Berbeda lagi, apabila seorang pengajar yang menjelaskan adalah seorang humoris, tidak monoton, dan tidak kaku saat mengajar. Dalam pengertian, seorang pengajar tetap berfokus pada materi, namun diselingi dengan guyon atau candaan kecil yang tidak keluar dari materi untuk membuat suasana yang lebih hidup, cair, dan interaktif.
Soal pengajar yang humor memengaruhi motivasi belajar, Kuiper, McKenzie, dan Belanger menulis artkikel yang berjudul, “Cognitive appraisals and individual differences in sense of humor: Motivational and affective implications” menjelaskan bahwa sense of humor dari seorang pengajar mampu meningkatkan motivasi dari dalam diri peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar.
Kemudian survei nasional yang menyasar 1000 siswa yang berusia mulai dari 13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan salah satu karakter yang penting dimiliki oleh seorang guru adalah memiliki selera humor yang baik agar membuat kelas menarik dan mudah dipahami apa yang disampaikan. Dijelaskan juga, bahwa para peserta didik mempresepsikan sense of humor dari seorang pengajar adalah salah satu prediktor bagi motivasi belajar mereka.
Kajian tentang relasi guru yang humoris dengan motivasi belajar sangatlah banyak. Menariknya, dari kesemuanya berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif pada sense of humor dan motivasi belajar.
Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Tsanas Nabillah Sulistiyadi dan Indah Mulyani yang meneliti 238 responden menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan di antara sense of humor pengajar dengan motivasi belajar mahasiswa. Menurut mereka, pengajar yang bersahabat dan humoris saat mengajar akan memberikan susana yang berbeda, situasi kelas menjadi rileks, cair, dan interaktif, dan akhirnya membuat mahasiswa menjadi lebih terdorong lebih intens memperhatikan, bertanya, serta memberika respon sebagai umpan balik atas apa yang diajarkan pengajar.
Masih dalam penelitian mereka, suasana kelas yang diisi dengan pengajar humoris tersebut akan mendorong perkembangan motivasi belajar yang lebih tinggi. Bukan hanya peserta didik menjadi lebih sering mengikuti kelas, namun juga akan membuatnya lebih tertarik untuk mengembangkan dirinya dan menjadikan peserta didik lebih mudah beradaptasi dengan stress akademik yang dialami.
Aboudan dalam Laugh and Learn, Humor and Learning a Second Language menjelaskan bahwa humor merupakan strategi yang paling efektif dalam kegitan belajar mengajar. Selain itu, pengajar yang memiliki selera humor yang baik akan berefek positif dalam prestasi akademik siswa yang diajarnya.
Namun menurut Tsanas dan Indah, karakter dosen yang menjadi peningkat motivasi belajar bukan hanya humoris, para responden sebanyak 52,9 % menjawab pengajar yang memiliki karakteristik humoris, bersahabat, interaktif, komunikatif, ramah dan asyiik saat pembelajaran akan membuat subjek menjadi lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.