Syaykh al-Ra’is Ibn Sina dikatakan memiliki murid yang sungguh cerdas dan sering kali berbeda pandangan dengan dirinya, murid ini tak lain adalah Bahmanyar. Nama Bahmanyar akan sering ditemui bagi pembaca yang senang akan perjalanan Ibn Sina.
Bahmanyar yang memiliki nama lengkap Abu al-Hasan (atau Abu al-Husayn) Bahmanyar ibn Marzuban. Ia adalah seorang muallaf yang sebelumnya memeluk agama zoroaster. Keluarganya berasal dari Azerbaijan di sebelah utara Iran. Menurut David C Reisman, ayah Bahmanyar adalah Bawandid al-Marzuban, seorang pangeran yang memerintah di Mazandaran pada akhir abad X. Ayahnya adalah penulis karya prosa yang terkenal, Marzaban-nama (Book of Marzaban).
Kehidupan murid Ibn Sina yang paling menonjol ini sungguh sedikit diketahui. Ia dikatakan memulai awal studi filsfafatnya bersama Abu al-Qasim al-Kirmani di Kota Ray yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Buwaihi. Di tempat itu, Bahmanyar dan temannya membaca karya-karya Ibn Sina. Dalam penelitian Garakani dan Brown, ada ekmungkinan Bahmanyar sendiri adalah bagian dari Dinasti Buwaihi, hal ini dikarenakan Sayyida Shirin seorang putri Bavandid merupakan istri dari penguasa Dinasti Buwaihi sendiri, yakni Fakhr al-Dawla. Maka hal wajar jika Bahmanyar mudah sekali memiliki akses untuk membaca karya-karya filsafat yang kaya.
Setelah ia membaca karya-karya Ibn Sina, di benaknya ada ketidakpuasan dikarena banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang mesti langsung ditanyakan kepada Ibn Sina. Pada akhirnya, Bahmanyar pun bertemu dengan tokoh idamannya tersebut dan ia pun akhirnya mengikuti Ibn Sina sebagai murid sekaligus karib dalam pembelajaran pada tahun 1014/5 di Ray, tempat di mana ia bekeja.
Kedekatannya dengan Ibn Sina banyak sekali digambarkan oleh para sejarawan. Selain itu, kedekatan mereka juga bisa dilihat dalam karya Ibn Sina, al-Mubahatsat, yang dikatakan karya tersebut adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Bahmanyar kepada Ibn Sina. Masih menurut Garakani dan Brown bahwa nama Syaykh al-Fadhil dalam karya Ibn Sina tersebut, tak lain adalah Bahmanyar itu sendiri.
Bahmanyar setelah belajar langsung kepada Sang Penghulu Filsafat, ia menulis karya utamanya, Kitab al-Tahshil (The Summation) pada tahun 1024 M. Di dalam karya utamanya tersebut, Bahmanyar merangkum pandangan-pandangan dirinya dan gurunya seputar metafisika, fisika, dan logika. Karya ini awalnya ditujukan kepada Abu Manshur Bahram ibn Khurshid ibn Yazdar yang merupakan pamannya Bahmanyar sendiri. Sedangakn menurut Abu al-Hasan Bayhaqi, penulis Tarikh al-Bayhaqi, Bahmanyar juga menulis beberapa buku tentang logika, musik, dan yang berkaitan dengan keduanya.
Bahmanyar yang merupakan sosok filsuf yang berperan besar dalam pengembangan filsafat Ibn Sina akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1066 M. Tanpanya, mungkin warisan-warisan Ibn Sina yang prestisius tersebut akan berbeda di tangan para pengkaji Ibn Sina saat ini.