Pembelaan Bung Karno yang diberinya judul “Indonesia Menggugat“ adalah satu masterpiece pemikirannya. Butir-butir yang ia tuang dalam teks pembelaan itu benar-benar merupakan hasil kontemplasi seorang pemikir muda dalam ruang tahanan Belanda selama delapan bulan.
Persidangan yang bersejarah itu sendiri berlangsung 18 agustus 1930. Tuduhan Bung Karno cukup serius yakni: hendak menjatuhkan pemerintah Hindia Belanda dan mengganggu keamanan negeri dengan berkomplot untuk melakukan pemberontakan. Tuduhan lainnya yaitu mencoba membinasakan pemerintah Hindia Belanda dengan jalan tidak sah. Pada intinya ia dituduh sebagai pemberontak.
Selain itu, Bung Karno dengan tiga kawannya: Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata dituduh memakai organisasi untuk menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda. Organisasi yang dimaksud adalah Perserikatan Nasional Indonesia yang didirikan tanggal 21 juli 1927. Organisai itulah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI).
Persidangan berlangsung sejak bulan agustus hingga desember 1930. Dalam keseluruhan rangkaian persidangan pihak Hindia Belanda menampilkan saksi utama untuk penuntut umum, komisaris polisi Abreghs. Tetapi kesemua keterangan sama sekali gagal mengarahkan kepada kesimpulan adanya subversi komunis. Upaya penuntut umum tak pernah berhasil di persidangan. Bahkan sebaliknya Bung Karno berhasil membuktikan indepedensi PNI.
Meski dalam persidangan Bung Karno didampingi pengacara dan rekan-rekannya. Ia juga merasa perlu menyiapkan pembelaanya sendiri. Nah, kumpulan pembelaan itu yang kemudian dirangkum dalam buku Indonesia Menggugat. Pembelaan itu begitu fenomenal.
Sebagai pembelaan politik, seorang tahanan politik sebuah Negara jajahan. ”Indonesia Menggugat” laksana mercusuar yang memberi isyarat jelas bagi peradaban dunia. Bung Karno menulisnya setiap malam bahkan hingga larut malam. Selama tak kurang dari 45 hari.
Mengutip dari Kumparan.com, Bahkan Indonesia Menggugat ini ditulis di atas kaleng rombeng. Bau kaleng yang tinggi dan lebarnya 2 kaki atau sekitar 60 cm. Sangat tidak sedap.
Saat menulis. Kaleng itu posisinya dibalik, kemudian di atasnya dilapisi beberapa kertas sampai ketebalannya mencukupi untuk alas menulis. Malam demi malam, Bung Karno duduk bersila dan menulis. Di selnya yang sempit, tidak ada perabot selain kasur kecil dan kaleng rombeng tempat untuk kencing dan buang air besar.
Yang mengalir dari otak dan tangannya adalah hasil kajian mendalam dari sedikitnya 80 buku dan pidato tokoh terkemuka dari barat dan 10 pemikiran tokoh dari Timur juga dijadikan rujukan pembelaan politik tersebut.
Teks pembelaan Indonesia Menggugat menjadi dokumen paling penting berkelas dunia sebagai begian dari sejarah penentang kolonialisme dan imperialisme. Bung karno menggambarkan secara rinci penderitaan rakyat sebagai penghisapan oleh penjajahan Belanda.
Berikut adalah sekelumit pembelaan Bung karno yang diucapkan dengan suara menggelegar dan meledak-ledak:
“Pergerakan tentu lahir toh. diberi hak atau tidak diberi hak, diberi pegangan atau tidak diberi pegangan, diberi penguat atau tidak diberi penguat. tiap-tiap makhluk, tiap-tiap bangsa, tiap-tiap umat, tidak boleh tidak. Pasti akhinya bangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakan tenaganya. kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaya oleh suatu daya angkara murka. Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa, walau cacing pun pasti berkeluget-keluget kalau merasakan sakit”.