17 tahun yang lalu, Munir Said Thalib meninggal di pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 974 pada 7 September 2004.
Pada tanggal 12 November 2004, dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir pada saat itu.
Pollycarpus Budihari Prijanto, seorang pilot Garuda yang ikut menumpang di pesawat yang sama dengan Munir dinyatakan sebagai pembunuhnya.
Pollycarpus menjadi terdakwa dan terpidana dalam kasus Munir. Dihukum 14 tahun penjara sebagai pelaku pembunuh Munir dan bebas murni pada 29 Agustus 2018, setelah memperoleh bebas bersyarat pada 2014.
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis Hak Asasi Manusia, lahir pada 8 Desember 1965. dari pasangan Said Thalib dan Jamilah.
Munir kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Semasa kuliah sempat menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahadiswa Hukum Indonesia pada tahun 1989.
Munir juga menjadi anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Munir sangat fokus dalam bidang hukum dengan cara melakukan pembelaan-pembelaan terhadap sejumlah kasus, terutama terhadap mereka kaum-kaum yang tertindas.
Munir banyak menangani kasus, salah satunya adalah kasus Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh oleh militer pada tahun 1994, dia juga aktif di beberapa kegiatan advokasi dalam bidang perburuhan, pertanahan, lingkungan, gender dan sejumlah kasus pelanggaran hak sipil dan politik.
Ia sosok yang pemberani, tidak pandang bulu dalam meneriakan kebenaran. Bahkan hingga membuat dirinya diganjar beragam penghargaan baik dalam maupun luar negeri.
Munir dinobatkan sebagai Man of The Year (1998) versi Majalah Ummah, Penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan Unibraw dan Satu dari 100 Tokoh Indonesia Abad XX versi Majalah Forum Keadilan di luar negeri, dirinya mendapat penghargaan Righr Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer, dinobatkan menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week di 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan.