Beranda » Jhon Lie dan The Outlaw: Kisah Heroik Penyelundup Senjata untuk Pejuang Republik Indonesia

Jhon Lie dan The Outlaw: Kisah Heroik Penyelundup Senjata untuk Pejuang Republik Indonesia

by Mutakin al-Marakky

Ketika usia kemerdekaan baru seumur jagung, Belanda kembali lagi setelah pasukan sekutu berhasil mencundangi Jepang dalam Perang Dunia II. Jepang menyerah tanpa syarat pada pihak sekutu pada 15 Agustus 1945 ̶ pasca Kota Hiroshima dan Kota Nagasaki dijatuhi bom atom oleh tentara sekutu.

Mendengar kekalahan Jepang, para tokoh Indonesia segera mengambil tindakan. Mereka dengan cepat memanfaatkan momen itu. Dibacakanlah teks proklamasi oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945 ̶ di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta. Pembacaan teks proklamasi ini menandakan bahwa rakyat Indonesia telah merdeka.

Pasca kemerdekaan, suhu perpolitikan di Indonesia tidak stabil dikarenakan pasukan sekutu (Inggris) dan Belanda mendarat di Jakarta. Pasukan ini berencana melucuti tentara Jepang dan mengambil alih kepemilikan di bumi Indonesia. Kedatangan pasukan sekutu dan Belanda ini membangkitkan semangat revolusi. Rakyat Indonesia siap mati demi mempertahankan kemerdekaan.

Di daerah-daerah lain di luar Jakarta terjadi perlawanan. Pekik Merdeka! Menggema di tengah pertempuran. Seperti yang terjadi yang di Surabaya pada tanggal 28-30 Oktober 1945. Dengan semboyan “Merdeka atau Mati”, pemuda-pemuda Surabaya gigih mengangkat senjata melawan pasukan sekutu.

Untuk mendinginkan kedua belah pihak, maka diadakanlah perundingan-perundingan. Namun, perundingan yang telah mencapai kata sepakat selalu gagal. Seperti Perjanjian Linggarjati yang hanya bertahan empat bulan. Belanda kembali melancarkan serangan di berbagai wilayah.

Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan agresi militer pertamanya. Pasukan Belanda menggempur jalan-jalan utama. Tidak hanya itu, pasukan Belanda juga menghancurkan pelabuhan-pelabuhan yang berada di Sumatera dan Jawa. Pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda menghancurkan Lapangan Terbang Maguwo. Serangan ini menandakan agresi militer kedua.

Kondisi ekonomi pasca kemerdekaan sangat memprihatinkan. Ketersediaan barang-barang kebutuhan sangat menipis, bahkan langka. Ini disebabkan karena adanya inflasi yang sangat tinggi, kosongnya kas negara ̶ juga karena adanya blokade ekonomi oleh Belanda yang diterapkan oleh Belanda sejak bulan November 1945.

Melihat keadaan seperti ini, para tokoh dan pejuang tidak ambil diam. Mereka bertindak dengan berbagai cara. Seperti menjual hasil bumi dengan cara menembus blokade laut tentara Belanda. Ini dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan yang tetap optimis. Pantang menyerah ̶ adalah John Lie salah tokoh yang gigih dan berani itu. John Lie berani menembus blokade Laut tentara Belanda.

John Lie merupakan pejuang pada masa revolusi fisik dari kalangan Etnis Tinghoa. Bersama dengan rekan-rekannya, ia ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara membantu menyediakan senjata untuk para pejuaang RI.

The Outlaw, Hantu Laut yang Menembus Blokade Belanda

“Pada kelam malam dengan selimut kabut yang tebal di atas perairan Selat Malaka adalah suasana yang menyenangkan bagi Mayor Lie. Berbeda dengan laiknya pelaut yang merindukan bintang gemintang atau hadirnya dewi malam, Mayor Lie justru memburu suasana pekat. Dalam tumpahan kabut lautan itulah operasi-operasi John Lie berlangsung deagan speed-boat sebagai hantu lautnya,” tulis Amram Zamzami dalam bukunya Jihad Akbar di Medan Area (1990). Dalam bukunya itu, Amran Zamzami menuliskan kisah khusus John Lie di Bab 71 halaman 410-415.

John Lie mengawal operasi menembus blokade dimulai ketika ia berada di Singapura. Ketika itu perwakilan pertahanan RI di luar negeri membeli beberapa kapal cepat. Rencananya, kapal-kapal cepat ini digunakan untuk membawa sejumlah perlengkapan kebutuhan para pejuang Indonesia yang berada di Sumatera Utara dan Aceh.

Pada September 1947 ̶ pria yang lahir pada tanggal 9 Maret 1911 di Kanaka, Manado, Sulawesi Utara, diberi kepercayaan oleh kepala perwakilan pertahanan RI di Singapura untuk memimpin salah satu kapal cepat, yaitu kapal ML 366. John Lie memberikan nama kapal cepat itu dengan The Outlaw.

Sebelum menjadi komandan di kapal ML 366, John Lie sudah memiliki segudang pengalaman di dunia maritim. Pada tahun 1929, John Lie pernah bekerja di KPM (Koninlijk Paketvaart Maatschapij) sebagai ABK (Anak Buah Kapal). Selain itu, John Lie juga pernah menimba ilmu di Royal Navy (Angkatan Laut Kerajaan Inggris). Setelah Indonesia merdeka, tahun 1946 John Lie bergabung dengan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia).

Dalam memoarnya yang berjudul John Lie: Kisah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan NKRI Dalama Operasi Lintas Laut Militer Menerobos Blokade Belanda (1980), ia menuliskan bahwa setelah merekrut para ABK, Kapal The Outlaw mengangkut perlengkapan militer senjata-senjata semi otomatis, peluru 1000 pound, bahan makanan dan muatan lainnya.

The Outlaw mulai berlayar dari Pulau Pisang menuju Labuan Bilik. Sekitar pukul 05.00, pada saat berada di tengah lautan, The Outlaw dikejar oleh kapal patroli Angkatan Laut Belanda. Memakai bendera Inggris, The Outlaw berputar haluan, lalu memasuki Johore Straits, ke Pulau Kukup. Dari Pulau Kukup, The Outlaw terus menyusuri Pantai Melayu sampai di Een Vadem Bank yang berdekatan dengan Port Swettenham. Dengan menggunakan bendera Kuomintang, The Outlaw melanjutkan pelayaran menyeberangi Selat Malaka menuju Labuan Bilik.

Tiba di Labuan Bilik pada pukul 09.00, The Outlaw dihadang oleh pesawat terbang Patroli Angkatan Udara Belanda. Pesawat patroli itu terus membuntuti The Outlaw dari belakang. Jarak antara The Outlaw degan pesawat patroli sangat dekat. Bahkan John Li dan paa ABK The Outlaw bisa melihat pilot dan gunners yang siap memuntahkan peluru-pelurunya. Dalam situasi seperti ini, John Lie berdo’a kepada Tuhan, ia mengharapkan pertolongan dan keselamatan.

“…Saya segera berdo’a dan berserah serta memohon Ya Tuhan Allah Dalam Yesus Kristus, tulungilah perjuangan kami. Sesungguhnya pertolongan dan perlindungan dan Juru Selamat kami hanyalah Dikau saja yang tidak pernah meninggalkan orang yang berserah dan selalu berseru kepadaMu.” (John Lie: Kisah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan NKRI Dalama Operasi Lintas Laut Militer Menerobos Blokade Belanda, halaman 69).

Setelah pesawat patroli hilang dari penglihatan, pada pukul 10.00, The Outlaw tiba di Labuan Bilik. Muatan kapal yang terdiri dari senjata dan amunisi diterima oleh Bupati Usman Effendi dikawal dengan Komandan Batalion Abu Salam. Di Labuan Bilik, The Outlaw didaftarkan ke Jawatan Pelayaran dan mendapatkann nomor resmi PPB 58 LB.

Kisah John Lie dan The Outlaw dalam menembus blokade Belanda juga dikisahkan oleh Gazali Ibrahim (ABK Kapal The Outlaw) dalam buku yang disunting oleh Kustiniyati Mochtar, Memoar Pejuang Republik Indonesia Seputar “Zaman Singapura” 1945-1950. (1992).

Gazali Ibrahim menulis bahwa ketika membawa muatan karet dari Labuan Bilik yang akan ditukarkan dengan senjata di Port Swettenham , The Outlaw dikejar oleh Kapal Destroyer milik Angkatan Laut Belanda. Di tengah-tengah pengejaran, The Outlaw terus dihujani peluru oleh kapal patroli Belanda. John Lie memerintahkan untuk menjalankan The Outlaw secara zig-zag. Setelah itu, dengan kecepatan full speed ̶ kapal boat yang dipimpin John Lie dapat lolos dari kejaran patroli Angkatan Laut Belanda.

Kisah John Lie dan The Outlaw dalam operasi menembus Blokade Belanda berhasil ditulis oleh Roy Rowan dalam Majalah Life yang terbit 26 Oktober 1949 dengan judul Guns and Bibels are Smuggled to Indonesia. Bahkan, setiap kali John Lie dan The Outlaw berhasil lolos dari kepungan patroli Angkatan Laut Belanda, Radio BBC London selalu menyiarkan keberhasilan itu. Kapal The Outlaw mendapat julukan dengan sebutan The Black Speedboat.

John Lie memiliki peranan penting di masa perang revolusi. Tidak hanya berhasil menyelundupkan senjata untuk kebutuhan perang, ia juga berhasil menjual karet dari Aceh ̶ dan uang hasil penjualannya digunakan untuk membiayai perjalanan H. Agus Salim (Menlu RI) dalam mencari dukungan simpati dunia terhadap Negara Indonesia yang baru berdiri.

BACA JUGA

Leave a Comment