Seniman musik Jazz Kota Serang yang akrab dipanggil Cak Wo, sosoknya berhati emas, santun dan rendah hati. Di tengah kesibukannya yang kini berkeliling menjual cilok untuk menyambung hidup di Era pandemi seperti ini, berhasil diwawancarai oleh Tim Imajipos. Profil Cak Wo bisa disebut seniman yang konsisten di musik Jazz, bahkan ada anggapan bahwa ia adalah The God Father Jazz Kota Serang.
Bisa ceritakan profil anda?
Saya pekerja seni pertunjukan musik, baik itu dalam pertunjukan seninya juga dalam pendidikan seninya, yaitu kursus. Jadi selama ini saya bekerja sebagai pekerja seni di rumah-rumah makan, hotel atau di acara pernikahan dan juga kursus musik di rumah ataupun di tempat kursus musik. Selain itu ada siaran juga di radio Serang Gawe FM setiap malam sabtu ngejazz. Sekaligus menjadi kordinator atau admin Komunitas Jazz Banten.
Sejak kapan anda suka Musik?
Sejak SMP, sebenarnya sebelum SMP juga sudah senang dengar musik, Cuma mulai belajar gitar itu mulai SMP kemudian SMA belajar keyboard, kemudian kuliah ngeband, dan seterusnya. Sampe kadang-kadang juga ngelatih paduan suara kalau ada acara wisuda kampus, kadang disuruh ngiringin atau ngelatih paduan suaranya.
Kalau bermusik secara profesional sejak kapan?
Sejak 2005 itu sudah mulai main di café, dibayar.
Ada anggapan bahwa anda itu Thegodfather Jazz Kota Serang, dari sekian banyak genre kenapa memilih Jazz?
Sebenarnya dari dulu Jazz itu seneng, Cuma tidak ada mitra. Baru sekarang-sekarang ini lah muncul karena sudah banyak yang suka. Kenapa saya memilih jazz? Karena Jazz itu musik yang paling merdeka, musik yang paling bebas, kita main musik walaupun lagunya begini nanti kita di bagian mana itu dibebaskan untuk improvisasi, nah itu Jazz. Tidak ada Jazz kalau tidak ada improvisasi, dan improvisasi itu lah yang membuat kita merdeka dalam bermain musik.
Dari awal memang sudah Jazz atau sempat bermain genre lain?
Dari awal suka berbagai genre musik termasuk musik daerah ya, gamelan atau lagu-lagu sunda, jawa, batak dan lain sebagainya. Lagu daerah saya pelajari, kroncong juga saya pelajari, sampai kemudian pada SMA ketika saya mendengar musik Jazz, kok ini musik begini amat, unik gitu kan, ada yang berbeda dengan apa yang saya dengarkan dengan musik-musik yang lainnya. Nah perbedaan itulah yang saya cari, yang bikin saya penasaran. Jadi kenapa saya suka musik Jazz, selain karena di situ bebas, yang keduanya adalah karena saya penasaran, bisa begitu musik.
Musisi idola anda siapa?
Waduh banyak, kalau untuk pianis saya lebih cenderung ke Bob James karena Easy Listening dia memainkannya dibandingkan dari Chick Corea. Chick Corea memang jago tapi sulit untuk dimainkan dan sulit untuk didengarkan.
Jadi sebenernya kalau unsur kreatifitas di Dunia musik itu ada puncaknya itu di musik Jazz, jadi kalau ada orang mau belajar musik sekreatif mungkin, ya pelajarilah Jazz, menurut saya.
Ada anggapan juga bahwa Jazz itu musik mahal, tanggapan anda bagaimana?
Sebenarnya kalau dalam sejarah justru Jazz itu musik para buruh, para budak. Nah dia itu lahir bersamaan dengan siklus, ketika orang-orang kulit hitam di Amerika. Nah orang kulit hitam itu Afro ya, afrika yang tadinya budak dibawa ke Amerika kemudian mereka dipekerjakan berat, nah udah mah kerjaan berat, gajinya kecil. Nah di malam harinya mereka hiburannya itu, nyanyi-nyanyi yang sekarang kita sebut dengan Jazz.
Nah kalau musik itu menjadi mahal, karena prosesnya. Mempelajari musik Jazz itu memang lebih berat dari pada proses mempelajari musik yang lainnya.
Anda pernah jadi Ketua Komite Musik di Dewan Kesenian Banten, apa itu?
Dewan Kesenian Banten itu kepengurusannya hanya berlaku 3 tahun, jadi setelah 3 tahun yaudah selesai, walaupun sebenarnya harusnya ada lagi cuma ini selesai. Jadi itu wadah untuk menampung aspirasi seniman, seniman mau apa ya itu tempatnya, silahkan difasilitasi lewat Dewan Kesenian. Jadi sejak 2016 sampai 2018. Sekarang sudah tidak ada lagi, belum ada pengangkatan yang baru atau pemilihan yang baru.
Perkembangan musik Jazz di Banten seperti apa?
Sebenarnya sudah banyak, sudah pesat. Jadi anak-anak muda sekarang buktinya mereka suka mendengarkan musik Jazz walaupun yang versi Indonesia ya, misalnya lagu-lagunya Rizky Febian, Tompi, RAN, itu Jazz. Banyak sebenernya anak-anak muda ini udah ngeJazz tapi mereka tidak tahu bahwa itu Jazz. Nganggepnya pop biasa padahal itu sudah masuk Jazz.
Jadi cukup berkembang?
Berkembang, jadi sebenernya sangat berkembang, makanya ketika orang memainkan musik, mainkan lagu si itu misal, kok chordnya begini, oh ternyata itu chord Jazz.
Ada pesan untuk musisi Jazz khususnya di Banten?
Teruslah berkarya, teruslah berproses karena kita tidak tahu ke depannya peluang-peluang itu akan datang. Kita jangan terlena bahwa kita satu-satunya orang yang hebat apalagi berkecil hati, Bawah musik Jazz itu susah. Padahal semua media sudah banyak, media sosial sudah banyak, mudah diakses. Pelajari terus, kita punya kualitas, tunjukan kualitas itu di media sosial, toh suatu saat nanti akan ada yang menelfon kita, contohnya saya. Teruslah pelajari, teruslah berproses.