Tahukah kalian bahwa perempuan tidak selemah dari apa yang kita bayangkan, mengapa dan kenapa? banyak wanita tangguh yang dilahirkan di muka bumi, mereka tidak menyandang predikat perempuan, namun wanita yang dalam pemahaman orang jawa, wani di tata (berani diatur) dan sekaligus wani nata (berani mengatur) sebagaimana kaum pria.
Nah, lalu ada lagi pertanyaan, apakah ada wanita pandai mengatur politik? Mengingat ratu-ratu yang ada di Indonesia sudah lebih dari kata tangguh loh. Dan tidak ada rasa insecure seperti kalangan wanita yang ingin terlihat cantik tapi tidak memiliki ketangguhan apapun, apalagi dalam daya saing berfikir, untuk itu mari kita pecahkan siapa saja nama ratu atau wanita tangguh yang pernah berkuasa, dan berhasil dalam ekspansi kekuasaan, menerapkan pola hukum, agama, dan lain sebagainya. Eitsss Nyi Roro Kidul dan Nyi Blorong tidak masuk di dalamnya yah!
1. Ratu Jay Shima
Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara adalah gelar untuk Ratu Shima. Ia memerintah Kerajaan Kalingga sekitar tahun 674 M setelah suaminya, Raja Katikeyasinga meninggal. Ratu Kalingga atau Ratu Jay Shima dikenal sebagai sosok seorang ratu yang bijaksana, konon tidak ada satu warga atau anggota kerajaan yang berani berhadapan muka dengannya apa lagi menentangnya, bukan karena membencinya tapi sebab rakyat sangat mencintainya. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa keemasan Kerajaan Kalingga, masa keemasan bagi kebudayaan apapun, sampai daerah sekitarnya disebut Di Hyang (daerah bertemunya agama Budha dan Hindu) karena masa itu agama Budha berkembang secara harmonis. Ia juga melakukan terobosan dalam dunia pertanian sehingga pamor Ratu Jay Shima semerbak di berbagai kerajaan.
2. Pramodhawardhani
Pramodhawardhani atau Ratu Medang periode Jawa Tengah yang dikenal juga dengan nama Cri Kahulunan atau Cri Sanjiwana. Ia adalah putri mahkota dari Wangsa Sailendra yang menjadi permaisuri Rakai Pikatan. Sedangkan, terkait nama Pramodhawardhani diketahui berasal dari prasasti Kayumwungan sebagai putri Maharaja Samaratungga. Dalam prasasti itu diejlaskan bahwa ia telah meresmikan sebuah bangunan Jinalaya yang bertingkat-tingkat dan terlihat sangat indah, banyak peneliti menafsirkan bangunan ini adalah Candi Borobudur. Ketika Pramodhawardhani mejabat sebagai ratu, ia lebih mengedepankan aspek perjuangan mengembangkan agama budha, bersikap adil dan menjaga keamanan dalam negeri, sekalipun banyak konflik di pusaran kerajaan
3. Sri Isyana Tunggawijaya
Sri Isana Tunggawijaya adalah seorang ratu di Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada tahun 947 M. Nama Sri Isyana Tunggawijaya sendiri menjadi landasan bagi Wangsa Isyana yang merupakan sebuah wangsa yang dibangun oleh bapaknya, Mpu Sindok. Sama halnya seperti Pramodhawardhani, Sri Isyana pun berjuang untuk mengembangkan agama budha sehingga pada masa itu, agama budha mengalami kemajuan dari pada agama hindu yang juga berkembang di Jawadwipa.
4. Tribhuwana wijayatunggadewi
Tribhuwana Wijayatunggadewi atau yang bergelar abhisekanya Sri Tribhuwanottunggodewi Maharaja Jayawisnuwardhani merupakan raja peremupuan yang memerintah Kerajaan Majapahit sekitar 1328 sampai 1350 M. perjuangannya sebagai ratu yang tangguh cukup dirasakan oleh Tribhuawana yang harus berjuang keras demi menciptkan kondisi aman di lingkungan internal kerajaan, karena ia harus menekan pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Bahkan ia juga melakukan ekspansi wilayah yang terus dilakukan olehnya yang ianya tampil sebagai panglima perang yang turun ke lapangan. Selain itu, ia juga pintar dalam menjalin kerja sama dengan kerajaan kerajaan lain.
5. Sri Suhita
Prabu Sri Suhita adalah seorang ratu di Kerajaan Majapahityang memerintah dua puluh tahun semenjak tahun 1427 M. Sri Suhita yang dikenal tegas dalam kepemimpinannya sehingga catatan besar yang masuk dalam tonggak perjuangannya menghukum mati Raden Gajah atau disebut Bhra Narapati dengan cara memenggal kepalanya, karena Raden Gajah telah membunuh kakenya yaitu, Bhre Wirabhumi. Di sisi lain, nama Sri Suhita sendiri juga nampak di kronik Tionghoa, ia disebut dengan ejaan china Su-king-ta, di dalamnya dijelaskan juga bahwa Sri Suhita telah mengangkat Gan Eng Cu sebagai pemimpin untuk orang-orang Tionghoa di Tuban dengan pangkat A-lu-ya yang tokoh ini juga identik dengan kakek dari Sunan Kalijaga, Arya Teja.
6. Sultanah Nahrasiyah
Sulthanah Nahrasiyah adalah ratu di Kerajaan Samudera Pasai yang berkuasa lebih dari dua puluh tahun. Sultahanah Nahrasiyah dikenal orang yang arif dan bijaksana. Ia memerintah dengan sifat keibuan, dan penuh kasih sayang, mengedepankan harkat perempuan dengan dengan begitu mulia, sehingga banyak yang menjadi penyair agama yang mengaguminya pada masa pemerintahannya. Di sekitar makamnya terdapat kaligrafi arab yang artinya, “Inilah kuburan wanita yang bercahaya yang suci, ratu terhormat, tersayangi, dan terampuni dosanya, Nahrasiyah. Putri Sultan Zain al-Abidin bin Sultan Malik al-Saleh. Kepada mereka semoga tercurahkan rahmat dan terampuni dosanya…..”
7. Sultanah Safiatudin
Sultanah Safiatudin yang merupakan anak tertua dari Sultan Iskandar Muda yang bergelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatudin Taj al-‘Alam Syah Johan Berdaulat Zhill Allah fi al-‘Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah. Safiatuddin atau yang nama kecil Putri Sri Alam ini, memerintah pada tahun 1641 sampai 1675. Pada masa pemerintahan Sultanah Safiatudin ini dikatakan terlalu makmur, samapi makanan pun sangat mudah didapat, rakyat-rakyatnya pun dalam sentosa dan mengikut segala sabdanya. Dikatakan bahwa ia adalah orang yang adil pada setiap hukumnya selain ia juga dikenal sebagai orang yang tawakal pada ssegenap pekerjaannya, sabar pada segala hal, lagi mengerasi segala yang durhaka. Menurut Sher Banu A.L Khan, seorang sejarawan, ia mengatakan bahwa masa pemerintahnnya ini bisa disebut sebagai zaman keemasan Islam dan Melayu di Aceh yang tak tertandingi hingga kini. Luar biasa!
8. Nyimas Ratu Inten Dewata
Ratu Pucuk Umun adalah gelar untuk Nyi Mas Ratu Inten Dewata. Ia adalah sosok sentral dalam kajian sejarah perkembangan ajaran Islam di tataran sunda. Dikatakan bahwa ia menikah dengan Pangeran Santri atau Pangeran Kusumahdinata yang merupakan cicit dari Syekh Datuk Kafi. Saat memerintah Kerajaan Sumedang Larang, Nyi Mas Setyasih atau Nyim Mas Ratu Inten Dewata ini menyebarkan agama Islam bersama suaminya sampai ujung kerajaan sunda. Selain memang ia juga memberikan konstribusi besar pada sosial, ekonomi, dan seni-budaya di Jawa Barat.
Nah, kalaupun dikaitkan dengan tokoh wanita saat ini, mungkin kalian juga tahu siapa saja yang tangguh dalam catur perpolitikan (pemerintahan) yang sedang diusung oleh Kabinet Kerja sekarang. Yang mana orang orang ini memiliki kualitas sangat luar biasa. Seperti Tri Risma Harini atau Susi Pudjiastuti. Ada juga wanita masa pra dan pasca kemerdekaan seperti. Ny. Ageng Kartini, Dewi sartika, Nyimas Ageng Serang, Cut Nyak Dien, dan jejeran wanita lainnya yang luar biasa.
Maka dari itu, bukankah kita harus belajar dari yang orang sudah mendahului kita? mengapa harus malu? Stop bicara wanita lemah yang hanya di kasur dan di dapur! Karena wanita adalah sebab kita ada di dunia.