Beranda » Sosok Abah Yadi dan Kebudayaan Banten yang Terabaikan

Sosok Abah Yadi dan Kebudayaan Banten yang Terabaikan

by Ade Firdiansyah

Abah Yadi adalah seorang sejarawan dan budayawan senior Banten yang sampai hari ini tetap tekun menjalankan dan menekuni budaya leluhur bangsa terutama di Banten itu sendiri.

Di usianya yang sudah tidak lagi tergolong muda, tidak mengurangi semangatnya untuk memperkenalkan budaya bangsa khusunya Banten kepada pemuda-pemudi penerus Bangsa.

Tim Imajipos berhasil mewawancarai beliau di kediamannya di Puri Anggrek Ciruas, sembari Abah Yadi menyodorkan Kopi asli Banten, diproduksi oleh beliau yang dinamai Kopi Abah Petir. Berikut wawancara ekslusif seputar budaya di Provinsi Banten, Imajipos dengan Abah Yadi, Budayawan Senior Banten.

Apa arti budaya buat Abah?

Kalau arti budaya itu, emmmm. Budaya itu aktivitas masyarakat yang dari awal sampai hari ini tetap diikuti, sementara budaya objeknya ialah manusia, karena objeknya manusia maka pola pikirnya, perilaku sampai ke aktivitasnya itu adalah kebudayaan, apabila aktivitas pola pikir, dan perilaku itu diikuti oleh generasi-generasi berikutnya.

Makanya sekarang lebih diuntungkan kebudayaan itu ketika ada Undang-Undang Kemajuan Kebudayaan Tahun 2017. Dan di Undang-Undang itu ada 11 objek kebudayaan. Dari 11 objek itu diantaranya manuskrip, ritus, permainan tradisional, adat istiadat, olahraga tradisional, tradisi lisan, bahasa, seni, cagar budaya itu bagian dari kebudayaan itu sendiri.

Satu dengan yang lain dari 11 objek ini saling keterkaitan, itu hanya pola bagaimana kita memahami yang lebih mudah. Kenapa ada manuskrip masuk ke objek kebudayaan? Karena karya pemikiran masa lalu itu tercatat hanya di manuskrip. Kenapa ada adat istiadat? Untuk mengetahui siklus masyarakat itu seperti apa. Nah, sekarang yang masih belum banyak diungkap itu salah satunya adalah teknologi tradisional dan pengetahuan tradisional.

Pengetahuan tradisional itu seperti apa? Sampai pengetahuan tradisional itu seperti apa? Dulu, sebelum mengenal sabun hari ini bersucinya dengan apa, itu teknologi tradisional dan pengetahuan tradisional. Orang dulu ketika sakit, obat dan pengobatannya seperti apa? Itu pengetahuan dan teknologi tradisional, itu yang belum terungkap. Hari ini masih banyak masyarakat maupun pemerintah bahwa kebudayaan itu hanya pementasan kesenian, adat istiadat, cagar budaya. Unsur-unsur yang lain ini tidak masuk dalam program pengembangan kebudayaan di masing-masing daerah. Jadi kebudayaan itu adalah perilaku manusia, pemikirannya dan perbuatannya.

Kenapa Abah menggeluti di bidang kebudayaan?

Saya bukan menggeluti bidang kebudayaan, kalau menggeluti itu kan hobi.

Berawal di kebudayaan itu ada nilai yang tidak bisa dipikirkan oleh orang-orang modern, banyak hal yang luput. Jadi kebudayaan itu bagaimana caranya nilai masa lalu dengan nilai hari ini tidak berubah. Yang berubah itu hanya nilai harganya, sementara ada nilai edukasi, nilai ekonomi dan semuanya.

Dan hari ini, objek kebudayaan ketika dikemas dengan baik dan dikonsep dengan rapih, itu akan memiliki dua keuntungan, keuntungan untuk nilai edukasi dan keuntungan untuk nilai ekonomi. Seperti tadi yang saya ungkapkan diantaranya, produk kopi. Itu ada nilai edukasi dan ada nilai ekonomi. Nilai edukasinya apa? Pertama, bagaimana sih orang dulu cara menyangrai kopi sebelum ada mesin roasting, numbuknya pakai apa, terus sampai disajikannya. Dan keuntunganya seperti apa?

Jadi bukan menggeluti, tapi posisinya menyambung lidah dari pengetahuan orang-orang terdahulu ke orang-orang hari ini.

Kenapa Abah sangat peduli dengan kebudayaan?

Tingkat kepedulian itu, karena tidak banyak orang yang ibarat sebuah kajian yang dianggap tidak memiliki harganya khususnya untuk di wilayah Kabupaten-kota, dan provinsi. Kajian yang tidak memiliki harga, kajian yang tidak memiliki nilai, sementara di dalamnya itu semua elemen yang ada hari ini, itu adalah kajian kebudayaan.

Menurut pandangan Abah, kebudayaan di Banten saat ini seperti apa?

Kalau dari 11 objek kebudayaan itu, mungkin baru sekitar ada 4 ya yang masuk dalam kajian dan diskusi. Cagar budaya, bahasa, adat istiadat, dan seniman, baru itu, sementara teknologi tradisional, pengetahuan tradisional, permainan rakyat, terus manuskrip ini masih diabaikan. Jadi tidak satu input.

Mengkaji suatu peristiwa itu di 11 item ini harus muncul, sehingga akan ketahuan perubahan skema dari waktu ke waktu akan ketahuan.

Kapan orang menggunakan sabun? Sebelumnya ketika bersuci atau proses memebrsihkan badan, dengan apa? Dan kenapa hari ini menggunakan sabun? Sabun terbuat dari apa?, apakah ada informasi yang mengenai perilaku orang-orang dulu sehingga dijadikan kemasan-kemasan sehingga hari ini terbuat.

Kira-kira itu kenapa terabaikan?

Karena pola kajian dan diskusi tentang kebudayan, penggarapan tentang kebudayaan ini masih dianggap kebudayaan ini masih hanya wilayah seni dan ritus, dan tinggalannya adalah cagar budaya. Tapi tidak bicara tentang nilai. Kenapa hari ini terjadi Covid, Masyarakat panik, pemerintahan panik, karena tidak pernah mengkaji sebuah peristiwa yang serupa orang-orang terdahulu seperti apa mitigasi bencananya. Kenapa ketika terjadi suatu peristiwa bencana selalu panik? Karena tidak menyiapkan insfratruktur untuk 100 tahun ke depan, sementara kajian tradisi untuk hal serupa itu sudah dilakukan. Kenapa orang dulu itu setiap rumah wajib memiliki minimal dua karung nasi aking untuk bertahan hidup ketika terjadi bencana apapun, termasuk komoditi yang kaya tiwul segala macam tuh biasanya tersimpan di rumah, asam dan garam juga tersimpan di rumah. Tapi hari ini tidak, yang ditabur adalah uangnya, ketika uangnya hancur ketika terjadi bencana, apakah uangnya bisa untuk belanja? Tidak bisa, karena komoditinya yang tidak ada. Nah kantong-kantong itu yang tidak disiapkan, nah itu kajian kebudayaan dulu sudah disiapkan, di setiap rumah itu punya tempat untuk irigasi ketika terjadi bencana. Mereka menyiapkan lumbungnya, menyiapkan proses air bersihnya. Ada pengetahuan tradisional bagaimana cara menawarkan air jernih, atau air yang mengandung zat logam, atau mengandung zat garam yang tinggi, bagaimana bisa tawar ketika proses terjadi bencana, itu sudah disiapkan di setiap keluarga. Kalau hari ini kan tidak, semua diserahkan ke pemerintah. Sehingga pemerintah kalau terjadi bencana merasa sibuk sendiri. Informasi-infromasi seperti itu tidak disiapkan di masyarakat.

Dari beberapa unsur kebudayaan yang masih terabaikan di Banten tadi, apakah di beberapa daerah lain ada yang menjalankan?

Kalau di beberapa daerah sih, artinya yang masih melakukan masih kelompok-kelompok kecil saja yang masih mengikuti aturan-aturan tradisi. Kalau kaya Baduy itu masih mengikuti aturan-aturan tradisi. Terus masyarakat di beberapa daerah juga masih kaya di pesisir-pesisir pantai, tapi sudah tidak semua. Nah, itu kan yang harus dimunculkan kembali ke permukaan itu nilanya, biarkan terjadi, biarkan peristiwanya, karena mau tidak mau peristiwa itu akan terjadi. Atau bagaimana mengantisipasinya, itu kan ada di kajian-kajian kebudayaan, kajian-kajian masa lalu. Nah, nilainya apa yang mau diangkatkan.

Contoh kecil, ada sedekah bumi, ada sedekah laut. Sedekah bumi itu sandikala, proses di mana satu wilayah pernah terjadi bencana besar, maka setiap di bulan yang sama itu dijadikan ajang ritual. Untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa bulan ini adalah bulan yang di mana pernah terjadi bencana, dan antisipasinya seperti apa, itu yang harus diinformasikan ke masyarakat hari ini. Supaya masyarakat ketika terjadi bencana itu tidak konflik, tidak ribut untuk rebutan cari bantuanlah, ini lah, itu lah. Jadi sudah disiapkan.

Tantangan yang dihadapi Budayawan di Era pandemi seperti ini?

Tidak ada, sama seperti biasanya. Tidak ada bedanya.

Ada solusi untuk kemajuan kebudayaan di Banten?

ya solusinya, semua pejabat harus sadar terhadap kebudayaanya sendiri, tidak bisa menggandeng dengan tradisi yang lain karena belum tentu cocok. Tradisi itu setiap daerah pasti akan berbeda, setiap wilayah berbeda, jangankan antar kabupaten-kota, satu desa aja beda kampung, itu beda. Nah itulah keberagaman tradisi itu yang harus betul-betul dijaga, jangan disamaratakan. Kalau disamaratakan? Habis semuanya.

BACA JUGA

Leave a Comment