Beranda » Kisah Abu Yazid al-Busthami dan Kekuatan Doa Ibu

Kisah Abu Yazid al-Busthami dan Kekuatan Doa Ibu

by Cak Emye

Ketika Abu Yazid berada di kota Madinah, tiba-tiba datang sebuah perintah yang menyuruhnya pulang untuk merawat ibunya. Sehingga ia pun segera kembali ke Bushtam dengan ditemani sejumlah orang.

Mendengar berita akan kedatangan Abu Yazid yang telah tersohor kewaliannya itu membuat penduduk Bushtam berkemas untuk menyongsongnya.

Sementara Abu Yazid di tengah perjalanannya mendapat firasat akan terjadi penjemputan yang meriah layaknya orang besar yang terhormat. Sehingga apabila terjadi, tentu akan sibuk untuk melayani mereka yang pasti menghambat pertemuannya dengan sang ibu. Abu Yazid pun menemukan ide untuk memakai cara lain agar tidak dianggap sebagai orang istimewa.

Pada saat itu adalah bulan suci Ramadhan, yang mewajibkan umat Islam untuk berpuasa. Ketika memasuki wilayah Bustham, Abu Yazid melihat banyak orang yang siap menyambut kedatangannya.

Kemudian dengan tenang, Abu Yazid berjalan seperti biasa dengan mengeluarkan sepotong roti dan memakannya di hadapan orang-orang Bushtam yang siap menyambut walaupun dalam kondisi puasa.

Tentu saja penduduk Bustham yang memperhatikan menjadi gempar seketika, dan keluarlah berbagai anggapan yang bukan-bukan tentang diri Abu Yazid. Sehingga membuat mereka bubar dan kecewa melihat sosok yang akan disambutnya.

Abu Yazid berkata kepada teman-teman seperjalanannya, “Tidakkah kalian saksikan, betapa kau mematuhi sebuah perintah dan hukum suci. Tetapi semua orang berpaling dariku.”

Sesampainya di depan rumah, Abu Yazid menghentikan langkahnya dan mendengar sang ibu bersuci kemudian menjalankan salat. Setelah itu, terdengarlah suara alunan doa dari sang ibu di tengah malam yang buta.

”Ya Allah, peliharalah dia yang terbuang, arahkanlah hati para Syekh kepadanya dan berikanlah kekuatan untuk melakukan kebaikan.”

Mendengar doa sang ibu yang begitu tulus, Abu Yazid menangis lalu mengetuk pintu.

“Siapa?” Tanya sang ibu dari dalam rumah.

“Anak ibu yang terbuang,” sahut Abu Yazid.

Sang ibu sangat terkejut dan gembira setelah mengetahui bahwa yang datang adalah putranya sendiri. Sehingga wanita tua itu langsung bersegera membukakan pintu.

Keduanya berpelukan saling melepas rindu. Abu Yazid memperhatikan kondisi ibunya. Ia melihat mata ibunya itu telah kabur. Ibu tua itu berkata, “Thaifur (panggilan kecil Abu Yazid), tahukan kenapa mataku menjadi kabur seperti ini? Karena sedemikian banyaknya aku meneteskan air mata, menangis sejak berpisah denganmu, dan punggungku telah bongkok karena menanggung beban duka yang teramat dalam.

BACA JUGA

Leave a Comment