Beranda » Beragama Hari Ini

Beragama Hari Ini

by Diki Ahmad

Agama merupakan fitur sentral kehidupan umat manusia. Peran agama sangat penting dan sulit dipisahkan dari kehidupan manusia, terlebih lagi agama merupakan suatu hal yang langsung merasuk ke dalam hati manusia. Ajaran agama dengan wataknya yang khas, di mana kebaikan dan keburukan dibahas di sana, menjadi pedoman manusia untuk melakukan tindakan (action). Penghayatan seorang interpreter dalam memandang dan memahami makna (meaning) dalam ajaran agama mampu mendorong seorang interpreter melakukan suatu tindakan, baik positif maupun negatif. Tindakan itu teraplikasikan dalam bentuk parktek-praktek keagamaan, ide-ide, kepercayaan, dan pengalaman keagamaan.

Ketika seseorang berbicara mengenai agama, sebagian besar yang terbayang adalah pembahasan mengenai Tuhan, ritual-ritual peribadatan, dll. Meskipun di sisi lain juga teringat sesuatu yang negatif dari agama seperti destruktif, perilaku kejam (cruel behavior), intoleran, dan akar tindakan kekerasan (violent action rooted). Seseorang yang teringat dengan hal negatif agama dapat diambil contoh saat kejadian 11 September 2001 di gedung WTC (World Trade Center), ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria), tragedi bom bali, Aum Shinrikyo, Gunpowder Plot, dan sebagainya. Keadaan ini mengakibatkan agama seolah bermuka dua, di satu sisi menunjukkan kepada seseorang untuk menjadi pribadi yang baik, tapi di sisi lain malah membuat seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak terpuji dengan mengatasnamakan agama. Oleh karena itu, agama mempunyai komponen yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia.

Dalam sebuah buku berjudul When Religion Becomes Evil karya Charles Kimball, ia berusaha mengatakan dan meyakinkan kepada kita semua melalui tulisannya bagaimana agama tersebut bisa menjadi suatu bencana bagi manusia dan berusaha untuk menjelaskan kapan agama menjadi sesuatu institusi bagi semua orang untuk melakukan kejahatan. Banyak alasan yang dikemukakan oleh orang yang melakukan kejahatan atas nama agama, mereka begitu bangga akan perbuatannya tersebut. Lebih mengherankannya lagi, orang tersebut adalah orang yang beragama, yang sangat terlatih dan dilatih oleh orang-orang yang sangat profesional demi melakukan kejahatan atas nama agama.

Studi agama mempunyai peranan besar dalam pengumpulan data dan pengorganisasian fakta dalam melakukan kajian terhadap agama. Sejauh ini studi agama selalu saja fokus dan berkutat seputar tradisi dalam suatu agama. Adapun Islam merupakan agama yang sangat kompleks karena tidak sebatas membahas agama, tetapi Islam juga mencakup berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, dan militer. Keadaan itu tidak jarang mengakibatkan Islam sangat rentan mendapatkan serangan dari berbagai aspek pula, dan lagi-lagi agama selalu ikut terbawa-bawa dalam suatu permasalahannya.

Pada dasarnya, tradisi agama mengandung unsur-unsur sakral dan profan. Unsur sakral dapat diamati dalam setiap kisah-kisah sakral dan ritual-ritual, sedangkan unsur profan juga tidak bisa dilepaskan dari unsur sakral tersebut, di mana unsur profan adalah sesuatu yang dapat diamati sehari-hari yang sifatnya duniawi. Namun terkadang seseorang tidak dapat membedakan antara keduanya, sehingga menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama selalu disangkutkan sebagai sesuatu yang sakral. Misalnya pada diri seorang interpreter yang memiliki karisma, ia dianggap oleh masyarakat seolah-olah ia merepresentasikan Tuhan, sehingga segala sesuatu yang muncul darinya dianggap suci dan berasal dari Tuhan. Padahal dalam kenyataannya, mereka juga tidak terlepas dari dan dipenuhi dengan kepentingan. Keadaan tersebut tak ayal membuat umat menelannya mentah-mentah tanpa mengolahnya terlebih dahulu, yang pada akhirnya menumbuhkan klaim kebenaran (truth claim).

Misalnya pada diri seorang interpreter yang memiliki karisma, ia dianggap oleh masyarakat seolah-olah ia merepresentasikan Tuhan, sehingga segala sesuatu yang muncul darinya dianggap suci dan berasal dari Tuhan. Padahal dalam kenyataannya, mereka juga tidak terlepas dari dan dipenuhi dengan kepentingan.

Menurut Charles Kimball, terdapat lima tanda agama menjadi korup atau busuk antara lain: tanda pertama, agama mengklaim kebenaran agamanya sebagai kebenaran yang mutlak dan satu-satunya. Biasanya hal ini terjadi pada orang-orang yang beragama secara ekslusif. Sebenarnya, sikap eksklusif juga diperlukan untuk menjaga komitmen dalam keimanan, akan tetapi sikap tersebut menjadi berbahaya ketika muncul pandangan pejoratif terhadap agama lain karena dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam hubungan antar agama. Tanda kedua, adanya ketaatan buta (blind obedience) terhadap pemimpin agama mereka (seseorang yang mempunyai karisma). Sebut saja seorang tokoh bernama Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin sebuah gerakan terroris yang mengatasnamakan agama yakni ISIS yang berhasil membuat pemuda-pemuda muslim terhasut dalam gerakan tersebut. Para pengikutnya melakukan tindak kejahatan atas nama agama yang di dasari oleh penafsiran tertentu atas suatu ajaran agama yang membolehkan melakukan perbuatan tersebut ditambah lagi dengan kepatuhan buta terhadap pimpinan mereka. Adapun di Jepang, yaitu sekte Aum Shinrikyo yang dipimpin oleh Asahara dengan pengikutnya mencapai ribuan orang. Mereka tidak segan-segan melakukan pengeboman massal, seperti halnya terjadi di kereta bawah tanah.

Di dalam teks-teks suci agama terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang akan adanya zaman yang ideal, yang penuh dengan kedamaian. Hal itulah yang membuat setiap agama ingin berusaha untuk mewujudkannya walaupun dengan berbagai cara. Inilah yang menjadi tanda ketiga agama bisa menjadi korup karena agama mulai gandrung merindukan zaman ideal, lalu bertekad merealisasikan zaman tersebut ke dalam zaman sekarang.

Tanda keempat, agama membenarkan dan membiarkan tujuan yang membenarkan cara. Cara pembenaran yang dimaksud adalah pembenaran dan pembiaran untuk melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dengan menghalalkan segala cara, termasuk melakukan tindakan terror dan pembunuhan. Tanda terakhir, adanya perang suci yang ingin digelorakan, sehingga pada akhirnya perang antar pihak tidak dapat terelakkan lagi.

Dari peristiwa tersebut, agama seolah-olah mempunyai dua peran sekaligus, di satu sisi mngarahkan jalan masa depan yang sangat menjanjikan, tetapi di sisi lain malah mengarahkan pada kekerasan. Agama-agama yang seharusnya membawa kedamaian kepada umat manusia malah membawa malapetaka dalam skala global. Oleh karena itu, sebagai kebutuhan beragama hari ini, di samping menanamkan pentingnya memelihara dan meningkatkan keimanan, pemahaman inklusif, pluralitas, dan dialog antar umat beragama juga perlu digencarkan secara masif, guna mengedukasi masyarakat sampai ke grassroot.

Pada dasarnya, setiap agama mempunyai keunikan tersendiri dalam memandang dunia. Layaknya sebuah peta yang menunjukkan suatu tempat dengan jalan yang beragam, namun tujuannya tetap sama, yakni kebaikan, kedamaian, dan kseselamatan. Dalam memahami peta tersebut, maka diperlukan sebuah kompas guna menunjukkan ke mana arah yang hendak dituju. Dalam konteks ini, kompas yang dimaksud adalah kompas spiritual yang disediakan oleh agama. Setidaknya ada 3 prinsip, yaitu keimanan, harapan, dan cinta.

Pada dasarnya, setiap agama mempunyai keunikan tersendiri dalam memandang dunia. Layaknya sebuah peta yang menunjukkan suatu tempat dengan jalan yang beragam, namun tujuannya tetap sama, yakni kebaikan, kedamaian, dan kseselamatan.

Keimanan diartikan juga sebagai kapasitas untuk hidup lebih dari sekedar level duniawi; untuk memahami, untuk merasakan, dan untuk bertindak dalam istilah-istilah dimensi yang transenden. Adapun harapan adalah poin vital dalam kompas spiritual, karena dengan harapan, tradisi agama menjadi lebih hidup dalam mengenalkan kepada umat tentang sesuatu yang lebih dari janji masa depan. Karena harapan memanggil untuk bertindak dalam mengejar masa depan yang lebih baik, duniawi dan ukhrowinya. Yang terakhir, yaitu cinta, karena cinta adalah yang paling kuat jikalau dibandingkan dengan dua sebelumnya. Rasa cinta inilah yang mempu menuntun manusia pada kedamaian, karena mencintai Tuhan harus juga disertai dengan mencintai ciptaan-Nya.

BACA JUGA

Leave a Comment