Beranda » Buah Manis di Balik Konflik

Buah Manis di Balik Konflik

by Diki Ahmad

Adakah di dunia ini yang keberadaannya tetap? Adakah sesuatu yang menginginkan keberadaan semesta ini tetap? Atau adakah sesuatu yang menginginkan keberadaannya tetap?. Hal inilah yang menjadi renungan bagi penulis bahwa sesuatu yang tetap—diam, tidak berubah, tidak mempengaruhi eksistensi sekitarnya—adalah sesuatu yang mustahil. Dari hal inilah kemudian penulis berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang selamanya tetap dan tidak mengalami perubahan sama sekali.

Dengan kerendahan hati dan pengetahuan terbatas, penulis menyadari pula bahwa hal apapun yang ada di alam semesta ini tidak ada yang tidak mengalami perubahan, entah itu wujudnya, tindakannya, kemampuannya, tekadnya, maupun kehendaknya. Namun dibalik semua itu, perlu disadari, perubahan adalah sesuatu yang mau tidak mau sulit dihindari dan pastinya menjadi keniscayaan (inevitability).

Memang tidak selamanya dan tidak semuanya perubahan itu indah, baik perubahan itu sendiri ataupun hal lain yang menerima tindakan dari perubahan itu. Begitu pula dengan sesuatu yang tetap, tidak selamanya hal yang tetap itu indah dan menenangkan, karena sejatinya hal itu bisa jadi membosankan bahkan melemahkan tatanan suatu sistem sebagai akibat dari tidak adanya energi yang mendorong. Itulah mengapa perubahan harus diakui sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Adapun perubahan itu—salah satunya—adalah buah dari konflik.

Sejauh ini, sebagian besar masyarakat memandang bahwa penampakan konflik dinilai sebagai sesuatu yang buruk, sadis, dan tidak berperikemanusiaan. Konflik menjadi sesuatu hal yang sebisa mungkin harus dihindari, karena eksistensinya mengancam kenyamanan masyarakat. Selain itu, konflik juga dianggap sebagai hal yang merugikan bagi kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Namun, dibalik semua itu, konflik juga menghasilkan residu yang sifatnya positif dan atau negatif. Residu yang positif bisa berupa keuntungan bagi sebagian orang seperti para peneliti, wartawan, dan lain-lain. Adapun residu yang negatif bisa berupa kerugian seperti rusaknya fasilitas, emosi, dendam membara, dan lain-lain.

Jika diamati lebih dalam, sebenarnya konflik juga berperan besar dalam kemajuan peradaban. Pada dasarnya, konflik mampu memicu individu atau kelompok untuk bergerak maju keluar dari zona bosan (bored zone) dan zona nyamannya (confort zone), sebab konflik mampu mendorong gagasan, inovasi, dan kreatifitas seseorang atau kelompok untuk berada dalam keadaan yang lebih baik. Meskipun kenyataannya hal itu—gagasan, motivasi, dan kreatifitas—harus diuji terlebih dahulu dengan dibenturkan pada realitas lain dalam ruang kompetisi. Bagaimana pun juga, gagasan terbaiklah yang mempunyai kesempatan besar dalam memenangkan kompetisi tersebut. Karenanya, dengan adanya pemenang yang membawa gagasan terbaik itu kelak akan mengantarkan suatu peradaban menjadi lebih maju dari sebelumnya. Lebih jauhnya lagi, dapat dipahami bahwa konflik adalah sesuatu yang alami (natural) dalam kehidupan ini.

Pada dasarnya, konflik mampu memicu individu atau kelompok untuk bergerak maju keluar dari zona bosan (bored zone) dan zona nyamannya (confort zone), sebab konflik mampu mendorong gagasan, inovasi, dan kreatifitas seseorang atau kelompok untuk berada dalam keadaan yang lebih baik.

Tidaklah sulit agar dapat menemukan konflik dalam kehidupan ini, cukup melihat ke dalam diri sendiri, maka akan terasa konflik dalam diri, misalnya proses penentuan keputusan. Pada saat menentukan keputusan, jauh di dalam jiwa seseorang terjadi konflik berupa perdebatan dalam memilih sesuatu. Naluri seseorang—setelah pergolakan panjang mempertimbangkan berbagai manfaat dan resikonya—akan bermuara kepada sebuah keputusan terbaik, mana yang manfaatnya lebih banyak dan mana yang resikonya lebih sedikit. Penentuan keputusan tersebut bisa bersifat lama atau singkat, tergantung pada seberapa mendesaknya situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh seseorang.

Lebih luasnya lagi, konflik juga dapat ditemukan dalam bentuk konflik antar individu atau antar kelompok. Konflik antar individu dapat berupa kompetisi memperebutkan calon pasangan, beradu gagasan dalam menentukan suatu tindakan, dan lain sebagainya. Adapun konflik antar kelompok bisa berupa konflik antar suku, bangsa, golongan, ras, dan bahkan agama. Baik konflik antar individu maupun konflik antar kelompok, keduanya biasa bertemu dalam ruang kompetisi, yakni ranah sosial, ekonomi, dan politik.

Sebagai sesuatu yang natural, konflik mempunyai peran besar dalam perkembangan dunia. Dunia yang kian hari mengalami perubahan merupakan buah dari konflik-konflik yang sudah pernah terjadi. Hakikatnya, energi konflik muncul karena adanya kebutuhan dasar (needs), kepentingan (interests), nilai (values), ide (ideas), dan tujuan (goals). Terdapat tiga dimensi pandangan yang bisa membantu untuk memahami kompleksitas konflik, yaitu: pertama, konflik sebagai persepsi (conflict as perception), konflik adalah keyakinan atau pemahaman bahwa kebutuhan seseorang, kepentingan, keinginan, atau nilai-nilai tidak cocok (compatible) dengan orang lain; kedua, konflik sebagai perasaan (conflict as feeling), yaitu konflik mencakup reaksi emosi terhadap situasi yang memberi tanda ketidaksetujuan terhadap sesuatu, dan; ketiga, konflik sebagai tindakan (conflik as action) yang terdiri dari tindakan yang mengekspresikan perasaan, pengucapan persepsi, dan memenuhi kebutuhan dengan cara yang berpotensi mengganggu kemampuan orang lain untuk mendapatkan kebutuhannya. Dalam konflik sebagai tindakan ini biasanya merugikan pihak-pihak yang sedang berkonflik sebagai akibat dari kekerasan dan kerusakan.

Sebagai sesuatu yang natural, konflik mempunyai peran besar dalam perkembangan dunia. Dunia yang kian hari mengalami perubahan merupakan buah dari konflik-konflik yang sudah pernah terjadi.

Konflik tidak semestinya harus selalu dimaknai sebagai hal buruk. Ada banyak alasan mengapa konflik itu menjadi perlu sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Konflik dapat membantu membangun masyarakat, menyeimbangkan kebutuhan orang-orang, dan membantu mereka menghadapi pilihan-pilihan hidup yang sulit. Kekuatan sistem sosial sebagian terletak pada bagaimana mereka mencegah konflik serius. Dengan memahami dinamika konflik, karenanya memberikan penyelesaian dasar dan profesional terkait dengan alat dasar untuk mengatasi kekuatan penting yang membentuk pengembangan individu dan entitas sosial.

Suatu masyarakat yang tengah mengalami konflik, akan merasakan perubahan yang tak terhindarkan dalam cara mereka berinteraksi satu sama lain. Jika perubahan fokus, energi, sikap, atau perilaku ini merupakan konsekuensi alami munculnya konflik, dan jika konflik itu sendiri perlu, tak terhindarkan, dan seringkali sehat, maka hal ini menimbulkan dilema mendasar bagi individu yang ada dalam kelompok. Karena itu, harus berusaha lebih baik untuk memahami sifat konflik dalam semua kompleksitasnya. Memahami konflik menjadi sarana untuk memahami banyak kontradiksi yang harus ada dalam upaya seseorang untuk menjadi makhluk sosial.

BACA JUGA

Leave a Comment