Majunya peradaban suatu bangsa dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, tentunya perlu dipikirkan dengan matang, supaya penyelenggaraan pendidikan yang ada di suatu bangsa bisa memberikan peran dalam membina SDM yang berkualitas.
Namun semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak dibarengi dengan sikap manusia sebagaimana mestinya, Pendidikan telah mengantarkan ilmu dan teknologi ke tingkat yang sangat mencengankan.
Kemajuan ilmu pengetauhan dan teknologi telah membuat jurang yang menjebak manusia sendiri, manusia telah kehilangan tujuan dan makna, manusia telah dijauhkan dari akar – akar keagamaannya dan dikikis dari keterkaitan serta kearahannya kepada Sang Pencipta.
Oleh karena itu, negeri ini sedang mengalami krisis multidimensional, baik dibidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, hukum, bahkan pemerintahan.
Berdasarkan uraian diatas tentunya menimbulkan kesenjangan antara pendidikan sebagai proses yang akan melahirkan SDM yang berkualitas, dengan realita pelajar sebagai output dari lembaga pendidikan yang ada. Karenanya penting mengajarkan pendidikan secara aspek rohani, membuat pelajar menjadi terpelajar,dan peserta didik menjadi terdidik. Karena aspek rohani akan menimbulkan ketenangan dalam jiwa setiap manusia sehingga akan menjadi manusia yang humanis (Memanusiakan Manusia).
Tujuan pendidikan Menurut Imama Ghozali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan tentang tujuan penciptaan manusia yaitu:“ Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku. (Q.S. al- Dzariat: 56) taqarrub kepada Allah, bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi dan Bukan mendapatkan kemegahan dunia.
Pendidikan melalui aspek rohani sangatlah penting untuk merubah kepribadian yang lebih baik, bahkan kalau kita melihat pendidikan yang dibawa oleh para ulama- ulama terdahulu tidak sedikit menggunakan aspek rohani.
Terlebih di zaman teknologi ini, pendidikan Islam menjadi kebutuhan pokok. Oleh karena itu, kehadiran teknologi telah berhasil mengikis nilai-nilai intelektual dan spiritual manusia dalam situasi sekarang ini.
Oleh karena itu, kebutuhan pendidikan Islam difungsikan untuk mengimbangi kerasnya pengaruh teknologi dalam pendidikan. Secara konseptual, pendidikan Islam tidak hanya merupakan bentuk kecerdasan tetapi juga mendidik aspek spiritual, sehingga membentuk moralitas manusia yang utuh.
Dengan demikian kita perlu membekali diri dengan senantiasa menghidupkan hati melalui membaca al-quran, berdzikir, dan kegiatan keagamaan yang lainnya yang berpengaruh terhadap kesejukan dan ketenangan hati dan jiwa manusia.
Karena terdapat pribahasa: Perbaiki hatimu, dan hatimu akan memperbaiki pikiranmu. Lalu pikiranmu akan memperbaiki lisanmu(ucapanmu). Kemudian lisanmu akan memperbaiki hidupmu, dan pada akhirnya hidupmu akan memperbaiki akhiratmu. Berawal dari hati yang baik insaallah akan berakhir dengan akhirat yang baik.
*Penulis adalah mahasiswa magister pendidikan agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang