Perbedaan adalah keniscayaan. Baik satu jalan pun kita akan berbeda kendaraan. Baik satu kendaraan, akan ada perbedaan posisi. Sekalipun, satu posisi akan ada perbedaan waktu. Semua tidak ada yang sama, semua berbeda karena ada perubahan yang sesuai potensinya. Baik jalan menuju kampung halaman majazi yakni di alam dunia atau kampung halaman hakiki, surga.
Sebab manusia diciptakan dengan kehendak dan kecenderungan yang berbeda sehingga pada akhirnya setiap manusia akan memilih jalannya yang berbeda-beda untuk menuju Tuhannya. Di alam fana ini, tidak ada jalan yang istimewa semua sama, asal jalan itu memang benar-benar menghantarkan sampai ke tujuannya. Begitu pun metode atau alat, tidak ada yang istimewa yang ada adalah yang sesuai dengan diri kita. Persoalan cepat atau tidak cepat bukanlah soal utama, sebab cepat itu relatif sedangkan yang kita tuju bukan suatu yang relatif.
Persoalan cepat atau tidak cepat bukanlah soal utama, sebab cepat itu relatif sedangkan yang kita tuju bukan suatu yang relatif.
Syekh Zaynuddin al-Malibari dalam Hidayah al-Adzkiya ila Thariq al-Awliya’, ia bersenandung;
ولكل واحدهم طريق من طريق
يختار فيكون من ذا واصلا
كجلوسه بين الأنام مربيا
وككثرة الأوراد كالصوم الصلا
و كخدمة للناس والحمل الحطب
لتصدق لمحصل متمولا
Saban orang miliki jalan sendiri
Yang ia pilih untuk mencapai derajat tinggi
Seperti menjadi pendidik yang duduk di tengah manusia,
Seperti memperbanyak wirid, puasa, dan salat,
Seperti melayani manusia atau memikul kayu bakar untuk hasilnya disedekahkan.
Seekor burung diajarkan terbang maka ia akan mampu untuk terbang sebab itu sesuai potensinya untuk terbang mengaktual. Lalu bagaimana dengan seekor kera yang diajarkan terbang? Ajarannya bagus, sistem pembelajaran tertata rapih, gurunya cerdas, tetap saja apabila tidak sesuai dengan potensinya maka akan mustahil untuk mengaktual.
Perbedaan sendiri dari sisi objek dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, perbedaan pemberian dan perbedaan pilihan. Maksudnya, perbedaan pemberian ialah manusia saat menjadi objek secara ontologis yang dalam filsafat transendental dijelaskan bahwa perbedaan sendiri dihasilkan dari rentetan gradasi dalam perwujudan. Terlepas dari sisi perbedaan pandangan ontologi, sebagai argumentasi wujud perbedaan disebabkan faktor ontologis, Ibn Sina selaku Imam Besar Filsafat Peripatetik berpendapat bahwa manusia tidak diciptakan dari sesuatu yang satu supaya berlaku hukum yang satu. Namun Allah Ta’ala menciptakan manusia dari sesuatu dan unsur-unsur yang berbeda sehingga manusia menjadi berbeda-beda dan berlaku hukum yang berbeda-beda.
Sedangkan, bagian kedua ialah perbedaan pilihan yang bisa dipahami saat manusia sebagai subjek memilih suatu objek yang akhirnya membuat perbedaan. Perbedaan ini ialah perbedaan aksidental, sebab perbedaan pemberian memiliki implikasi dalam cara individu memilih jalan. Sementara perbedaan pilihan memiliki implikasi dalam ketercapaian. Dalam arti, perbedaan pilihan ialah aksiden dari perbedaan pemberian.
Berbicara perbedaan, dalam hadits dikatakan bahwa perbedaan ialah rahmat. Imam Jurzani mendefinisikan rahmat ialah sesuatu yang menunjukan kepada ‘al-khayr’. Al-Khayr ialah kebaikan universal, sehingga apabila manusia menginginkan rahmat maka jadikan perbedaan semua ini sebagai penunjuk kepada kebaikan universal, bukan kebaikan parsial apalagi keburukan.
Sebab sekalipun manusia berbeda-beda, manusia adalah entitas yang satu namun bergradasi dalam bahasa filsafat transendental. Selain itu, manusia secara konseptual diikat sebagai keluarga dengan primordialisme surga dengan istilah keturunan Adam. Saat membaca Gulistan karya Sa’di, ada sebuah syair yang sebagai mengingatkan bahwa manusia adalah keluarga. Sa’di bersenandung;
“Segenap ras manusia adalah anggota sebuah keluarga besar
Di atas segalanya mereka berasal dari hakikat yang sama.
Jika kau tak pernah merasakan derita orang yang tertindas dan teraniaya
Tidak patutlah engkau disebut sebagai keturunan Adam.”
Lalu, bagaimana manusia yang terkadang tidak mampu merasakan penderitaan orang-orang tertindas, apalagi untuk memberikan uluran tangan untuk mengentas mereka dari penderitaannya. Hal ini membuat saya mempertanyakan diri sendiri, “apakah saya ini masih manusia?”
1 comment
Masya Allah tulisannya bagus dan menginspirasi.Terima kasih perkongsiannya.Selamat berkarya.