Beranda » Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

by admin

Oleh: Muhammad Rizqi Febriansyah*

PANCASILA telah tumbuh sejalan dengan perkembangan Bangsa Indonesia. Pancasila telah bersifat final sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sudah lama dikenal sebagai bagian dalam nilai-nilai budaya kehidupan bangsa Indonesia. Kemudian nilai-nilai tersebut dirumuskan sebagai dasar Negara Indonesia.

Artinya, Pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Nusantara sejak dahulu kala. Itulah sebabnya Sukarno enggan disebut sebagai pencipta, tetapi sebagai penggali Pancasila.

Alasannya karena untuk mengambil intisari berbagai nilai yang hidup dalam masyarakat, Sukarno melakukan dialog reflektif-kritis, yaitu mengambil yang sudah baik, menyempurnakan yang kurang baik, dan mengkritik yang tidak baik.

Marilah kita lihat satu persatu sila-sila Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Ketuhanan

Indonesia adalah masyarakat religius. Sejak zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mempercayai adanya kekuatan gaib. Bangunan megalitikum yang ditemukan di berbagai tempat menunjukkan bahwa masyarakat prasejarah melakukan upacara yang ditujukan untuk kekuatan gaib.

Kepercayaan yang ditemukembangkan oleh masyarakat itu dewasa ini dikenal sebagai agama lokal atau aliran kepercayaan.

Ketika masyarakat Indonesia berkenalan dengan bangsa-bangsa lain, kebertuhanan menjadi semakin kaya. Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katolik hadir dan menjadi bagian dari kehidupan kebertuhanan masyarakat Indonesia.

Perjumpaan dan persahabatan dengan berbagai kepercayaan bangsa lain itu mengakibatkan terjadinya proses inkulturasi yang unik. Hindu Bali, Islam Nusantara, Kristen Batak, Katolik Kebatinan dan sebagainya merupakan istilah-istilah yang mengindikasikan terjadinya akulturasi antara budaya Indonesia dengan ketuhanan dari bangsa lain.

Kemanusiaan

Sikap kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia didasarkan pada pandangan bahwa orang lain adalah saudara, sehingga diperlakukan dengan penuh kehangatan kasih sayang.

Kita tentu sering mendengar orang mengucapkan “ikut berbela sungkawa”, “ikut prihatin” atau sebaliknya “ikut berbahagia”. Ungkapan khas itu menunjukkan bahwa orang Indonesia tidak hanya menyaksikan peristiwa yang dialami oleh orang lain, baik kedukaan maupun kegembiraan.

Sifat kemanusiaan inilah yang diwariskan dan terus diajarkan dari nenek moyang kita sampai dewas kini.

Persatuan

Secara sosiologis, Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat komunal, yaitu menempatkan kepentingan bersama sebagai yang tertinggi. Ungkapan “makan tidak makan asal kumpul” menunjukkan dengan jelas bahwa nilai kekeluargaan atau kebersamaan (kumpul) didudukkan lebih tinggi daripada nilai ekonomi (makan).

Namun, nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang sudah berkembang di Indonesia secara turun temurun, perlu ditambahkan untuk menjadi sempurna, yaitu kekeluargaan yang tidak terbatas pada tingkat kesukuan maupun kedaerahan.

Nilai kekeluargaan itu harus dikembangkan lintas etnis dan daerah, yaitu ke tingkat bangsa.

Kerakyatan

Sila kerakyatan, dalam formulasi asli yang disusun oleh Sukarno adalah musyawarah atau demokrasi. Dengan berlandas pada formulasi asli, terlihat bahwa beliau hendak mengkaitkan antara praktik musyawarah yang telah turun temurun dalam masyarakat Indonesia dengan konsep demokrasi yang berasal dari Barat.

Jiwa dari permusyawarahan adalah mencari keputusan terbaik bagi semua pihak yang terkait demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Keadilan Sosial

Yudi Latif dalam Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011) berpendapat bahwa sila “Keadilan Sosial” (Sila ke-5) merupakan perwujudan yang paling konkret dari prinsip-prinisp Pancasila.

Prinsip keadilan adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul persatuan, dan matra kedaulatan rakyat. Dengan kata lain, keadilan sosial merupakan perwujudan sekaligus cerminan imperatif etis keempat sila dalam Pancasila lainnya.

*Penulis adalah mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan

BACA JUGA

Leave a Comment