Beranda » (Wawancara Ekslusif) HUT Ke-389 Kabupaten Tangerang, Subandi Musbah: Belum Ada Yang Bisa Saya Banggakan

(Wawancara Ekslusif) HUT Ke-389 Kabupaten Tangerang, Subandi Musbah: Belum Ada Yang Bisa Saya Banggakan

Bicara soal Kondisi, Problematik, Hingga Pergerakan Mahasiswa di Kabupaten Tangerang

by admin

Kabupaten Tangerang sudah memasuki umur yang sangat tua, kini usianya 389 Tahun. Namun, segala persoalan sosial dan kebijakan masih menjadi soal.

Subandi Musbah, Direktur Visi Nusantara, Kabupaten Tangerang masih belum ada yang bisa dibanggakan. Menurutnya, banyak persoalan yang belum selesai, seperti: banjir, sampah, calo tenaga kerja, kemiskinan, insfratuktur, keberpihakan kepada rakyat kecil, dll.

Berikut wawancara eklusif Imajipos bersama Subandi Musbah, seputar Kondisi Kabupaten Tangerang, problematik, hingga pergerakan mahasiswa.

Apa yang membanggakan dari Kabupaten Tangerang?

Sebagai warga Kabupaten Tangerang, saya bangga sampai hari ini masih bisa menghirup udara. Selebihnya, saya belum punya data terkait apa yang harus dibanggakan, karena menurut saya, ada pemerintah atau tidak ada ya sama saja. Belum terlihat campur tangan negara khusunya pemerintah Kabupaten Tangerang dalam menyelesaikan banyak persoalan.

Di umur Kabupaten Tangerang saat ini, anda melihatnya seperti apa?

Saya umurnya sudah lupa ya, karena ada perubahan. Ini sejarah menarik nih, karena perubahan umur. Dulu ulang tahunnya desember, sekarang oktober.

Saya kira kalau dari insfratuktur ada perubahan, dulu belum ada alun-alun, atau kalaupun ada alun-alun bentuknya belum jelas, seperti apa? Aneh, itu proyek abadi daerah itu, sudah bertahun-tahun, tidak rampung.

Terus ada banjir. Saya tidak melihat pemerintah Kabupaten Tangerang menyelesaikan satu saja titik genangan air, jadi titik banjir itu jumlahnya barangkali ada ratusan ya, saya tidak menghitung di Tangerang ini.

Saya tidak melihat kerja Bupati yang menyelesaikan walaupun satu tiitik. Jadi saya berharap persoalan banjir memberikan contoh saja, diumumkan nanti nih di HUT ‘Selama saya memimpin sudah menyelesaikan sekian titik banjir’ misal, kalau misalnya pak Bupati yang mengumumkan bahwa selama dia memimpin membereskan persoalan banjir satu titik saja, saya berhenti jadi pengkritik. Tapi faktanya tidak ada.

Terus, keberpihakan pada wong cilik. Saya tidak melihat pemerintah daerah ini punya keberpihakan serius kepada wong cilik. Contohnya Bupati, saya ngomong Bupati karena pemimpin daerah.

Dalam waktu yang bersamaan ada berita heboh di Jayanti, ada nenek-nenek tidak punya rumah, sebatang kara, dia tinggal di pos. Keesokan harinya Bupati Tangerang mengunjungi Jayanti, saya kira Bupati Tangerang mengunjungi orang miskin itu, ternyata tidak, dia mengunjungi perusahaan. Berarti keberpihakan kepala daerah terhadap wong cilik itu minus.

Dulu juga ada perbup terkait pembatasan waktu operasional, itu banyak memakan korban. Ada yang meninggal, kakiknya patah, banyak menelan korban. Namun tidak satu kali pun Bupati datang ke rumah korban.

Nih, kalau saya jadi Bupati. Saya pastikan korban itu, dia mendapatkan bantuan dan kehidupanya akan diberikan lebih layak. Ini Bupati Tangerang tidak. Seharusnya yang urusan seperti itu, kalau ada yang kecelakaan disebabkan oleh lemahnya penegakan perda ya, harusnya Bupati hadir. Dia datang, tahlil, menangis, ini saya memperhatikan tidak pernah.

Di beberapa daerah ada yang mati, kakinya patah, tapi saya tidak pernah melihat Bupati datang ke rumahnya, mencium keringat rakyat kecil. Beda kalau misalnya diundang perusahaan, wah Bupati datang.

Saya melihat Bupati Tangerang itu lebih dekat dengan orang berada. Jadi, orang miskin di Kabupaten Tangerang itu kesulitan untuk mendapat manfaat.

Padahal, Bupati itu mendapatkan amanah dari Tuhan itu, tugas paling utamanya itu menyelesaikan persolan kemiskinan.

Terus, Sibamas tau? Bappeda itu puluhan miliyar. Memberikan stimulus ke UMKM itu, ada yang 2juta, ada yang 3jt, bahkan 5 juta. Leading sectornya Bappeda. Itu, kalau kita lakukan penelitian, pasti pasti banyak disunat. Ada yang tidak punya toko dapat bantuan, ada juga yang tidak usaha dapat bantuan. Tapi orang yang jelas-jelas dipinggir jalan usaha, orang yang jelas-jelas pemulung yang usaha rongsokan itu tidak dapat bantuan.

Dari sekian problematik yang tadi disebutkan, seharusnya Pemerintah Daerah seperti apa?

Saya kira memang generasi ini harus diselesaikan, saya tidak bisa berharap ke generasi saat ini. Jadi, kalau ditanya agar pemerintah Kabupaten Tangerang ini sesuai dengan aturan main, bisa mensejahterakan harus bagaimana, jawabanya kita tunggu 2 tahun lagi atau 1,5 tahun lagi. Selesaikan kepengurusan sekarang. Setelah Bupati saat ini tidak memimpin Tangerang, baru harapan itu akan saya sampaikan ke tokoh selanjutnya.

Hmmm, sudahlah kita begini saja.

Jadi, menurut anda di periode saat ini tidak ada harapan untuk berkembang atau maju?

Barangkali yang bijaksana itu, kita berdoa agar pak Zaki sehat, bisa menyelesaikan amanah ini sampai 2023, udah. Kalau harapan agar ada perubahan kemiskinan, pengangguran, insfratuktur baik, alun-alun beres, tata letak pemerintahan oke, saya kira harapan itu kalau diberikan ke sekarang, sakit hati.

Kabupaten Tangerang di bawah kepemimpinan saat ini seperti apa?

Ibarat paku, diketok baru nanceb. Ada berita rame di tebing koja, kepala dinasnya datang. Ada berita rame kemiskinan di cisoka, ibu-ibu yang rumahnya jelek, camatnya datang. Jadi bukan kepemimpinan gemilang, tapi kepemimpinan paku, diketok baru nanceb.

Menurut anda, sosok yang ideal menjadi Bupati itu seperti apa?

Tentu, pernah dari bawah, pernah berproses. Tidak ujug-ujug. Misalnya karena kaya, bos limbah, misal. Terus beli suara rakyat, bukan itu. Atau anak kekuasaan karena bapaknya Bupati, anaknya dimodalin. Bukan yang itu. Atau mereka yang mencangkok, jadi kekuasaan itu biasanya mencangkok, misal ada orang dinas, dimodalin, didukung, bukan itu.

Tapi mereka yang berproses dari nol, ada proses. Nampaknya untuk pemilu 2024 itu tidak akan terjadi.

Harapan kita itu baru ada di 2029. Kenapa? 2024 itu Tangerang dipastikan tidak akan dipimpin oleh orang yang hebat, kenapa? Karena mahasiswanya ngritik ditelepon, datang. Nantang kepala dinas ditelepon, mau.

Anda juga dikenal sebagai tokoh pergerakan Kabupaten Tangerang, bagaimana anda melihat kondisi pergerakan mahasiswa saat ini di Kabupaten Tangerang?

Belum apa-apa ketua organisasi jadi satgas.

Negara memanggil, daerah memanggil, wah keren. Sehingga orang-orang hebat, ketua organisasi mahasiswa dipanggil untuk negara. Saya kira mau menyelesaikan jutaan orang miskin, jutaan pengangguran, tapi malah menyelesaikan vaksin.

Nih, kalau saya diberikan kesempatan jadi bupati, orang seperti itu tuh, saya coret semua, blacklist merah semua.

Sekolah tinggi-tinggi, berorganisasi tinggi-tinggi, dipanggil oleh negara, saya kira untuk menyelesaikan persoalan yang rumit, korupsi, pendidikan, persoalan kemiskinan, pengangguran, eh dipanggil untuk menyelesaikan persoalan vaksinasi.

Padahal itu sama orang yang lulusan SMA aja selesai. Jadi, itu nama-nama yang sekarang jadi itu apa namanya, jangan berdoa anda ini itu jadi bupati jadi ketua dewan, karena Tuhan tidak akan merestui.

Kalaupun Tuhan merestui, anda harus punya uang banyak.

Seharusnya ketua-ketua organisasi itu merekomendasikan saja. Merekomendasikan siapa? Mereka yang konsen dan peduli di bidang itu. Jadi, jangan top leadernya, kalau top leadernya turun, anda bayangkan 10 tokoh Tangerang turun menyelesaikan jadi relawan covid tapi perubahan signifikannya tidak ada. Apalagi, mimpin Tangerang nanti.

Terus, ini penting. Catet ya. Jadi, ada pola mahasiswa sekarang aktivis bikin surat aksi tapi tujuannya untuk ditelpon, damai, deal. Ini sejelek-jeleknya aktivis.

Kalau saya jadi bupati, orang seperti itu tidak akan pernah memimpin Tangerang.

Saya juga melihat ada gejala pergeseran aktivis.

Aktivis itu kan agent sosial control, agent of change. Tapi pada bikin CV. Saya sampai umur 30 tahun tidak pernah bikin CV. Tapi memikirkan rakyat.

Ini umur 23 tahun udah bikin 2 sampai 3 CV. Nah ini, jadi mahasiswa yang bikin CV sebelum lulus baiknya berhenti kuliah. Jadi, kontraktor saja, biar mampus kau dikoyak-koyak sepi.

Kaya engga, blangsak iya, ini penting ini. Karena saya melihat ada beberapa aktivis, mengidentifikasikan diri sebagai aktivs tapi dia bikin CV. Kerjaannya itu datang nawarin proyek.

Anak mahasiswa itu laper harusnya. ini kenapa terjadi? Karena pemimpin yang tidak baik akan melahirkan rakyat yang culas.

Jadi saya berharap, rezim ini cepat berlalu. Agar aktivis pun tidak brengsek. Kalau di dalam teori politik: di dalam pemimpin yang korup, ada pemilih yang brengsek. Nah, di balik pemerintahan yang anti kritik, ada aktivis yang ngehe.

Bagaimana idealnya?

Idelanya, aktivis itu tidak nongkrong di caffe, tidak hapenya dua.

Apakah ini bisa berubah?

Bisa, apa syaratnya? Rezim sekarang selesai, ganti rezim yang tidak alergi kritik hingga mahasiswa menjadi penyambung lidah banyak orang.

Harapan anda untuk Kabupaten Tangerang ke depan apa?

Harapan saya, ya memang kekuasaan rezim kali ini harus disudahi, nanti. Tapi disudahi itu, bukan berarti hari ini, bukan. Sudah 2023, ganti kepemimpinan, ganti sistem, kita butuh bupati yang peduli rakyat.

Jadi, kalau saya berharap bupati ini peduli terhadap rakyat, udah… Udah.. Udah 8 tahun dia di Tangerang, tidak akan bisa merubah itu.

BACA JUGA

Leave a Comment