Beranda » (Wawancara Ekslusif) Ketuwon! Nasib Seniman Kota Serang di Era Pandemi

(Wawancara Ekslusif) Ketuwon! Nasib Seniman Kota Serang di Era Pandemi

by Ade Firdiansyah

Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk seni.  Situasi tersebut membuat para seniman di berbagai daerah terutama Provinsi Banten, harus memutar otak merambah usaha demi bertahan hidup di tengah wabah yang sudah hampir dua tahun melanda ini.

Cak Wo salah satunya, Seniman musik Jazz Kota Serang ini kini harus berkeliling menjual cilok sebagai sampingan dikarenakan pementasan seni dan musik masih belum diperbolehkan. ia juga mengatakan banyak para seniman Banten khususnya Kota Serang yang kini beralih profesi menjadi Ojol dan kurir, demi keberlangsungan hidup.

Di era pandemi seperti ini bagaimana nasib seniman di Kota Serang?

Sebenarnya saya sih dari dulu itu seniman di Kota Serang atau di Banten, dia itu harus  punya usaha yang lain selain berkesenian. Dia harus punya usaha lain yang menghasilkan uang. Karena di kesenian itu untuk wilayah Banten bahkan Indonesia juga, apresiasi terhadap seniman itu sangat kurang, tidak memadai apresiasinya.

Orang-orang itu masih menganggap bahwa  musik itu mudah, gampang jadi tidak perlu proses. Nah proses itulah yang mahal sebenarnya. Itulah kita butuh melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa berkesenian itu butuh proses dan butuh apresiasi yang layak.

Seniman di Banten itu harus punya usaha selain di kesenian untuk mereka survive,nah akhirnya begitu datang pandemi seperti ini,alhamdulillah saya sudah punya usaha hahaha jualan cilok haha. Jualan cilok ini sebenarnya sebelum pandemi udah jualan kita, jadi memang istri saya berpikir ini untuk memanjangkan uang ya walaupun tidak bisa untuk ini itu, tapi ya untuk makan sehari-hari cukup, nah akhirnya ketika datang pandemi kita udah punya, tinggal kita hubungi teman-teman saja suruh beli gitu haha. Alhamdulillah kalau rasa sih bisa bersaing dengan produk-produk hotel, jadi harga kaki lima, cita rasa bintang lima hahaha.

Selain itu juga kalau selama pandemi itu, keseniannya yang masih jalan paling siaran, alhamdulillah terus berjalan, karena memang kalau siaran radio mah kan, dua orang paling ya, jadi tetap memenuhi protokol kesehatan dan juga kursus.

Banyak juga seniman di Kota serang beralih ke Ojol, Kurir, dll. Bagaimana tanggapan anda?

Itu harus dilakukan untuk survival bertahan hidup, contohnya yang ojek online itu dia pemain organ tunggal, cari makan dari acara-acara wedding. Nah weeding kan sekarang tidak boleh pakai musik. Cukup akad saja. Akhirnya selama pandemi ini dia tidak punya uang kalau dia tidak ojol, nah begitu juga seorang pelatih marching band, sebelum pandemi dia melatih marching band di sekolah-sekolah karena sekolahnya juga di rumah, online jadi diliburkan akhirnya dia cari kerja jadi kurir, nah itu memang harus dilakukan untuk bertahan hidup.

Perkembangan Jazz di Kota serang seperti apa?

Sepanjang saya memandang di café-café, di mana-mana itu berkembang pesat, tentu kalau di Banten lebih pesat lagi, apalagi di daerah sana, Tangerang sana, lebih rame.

Tantangan yang dihadapi seniman di Era pandemi?

Apa ya, sebenarnya peluang ya di era pandemi ini justru seniman itu punya waktu luang yang banyak berproses meningkatkan kualitas karya dan kualitas pengetahuannya. Itu tantangannya. Ya, cuma memang itu lagi ketika pandemi ini tidak punya uang, kuota saja tidak ada sedangkan kita kan mengandalkan internet, belajar kan, jadi kita cari ilmunya untuk referensi untuk berproses itu makai internet nah itu tantangannya di disitu, dia harus mampu meningkatkan kualitas.

Konser atau pementasan secara virtual, Bagaimana menurut anda?

Ya itu apa bedanya kita nonton youtube ya, kalau nonton live kita bisa interaksi, bisa interaktif. Kaya contohnya kaya di Radio juga saya setiap malam sabtu kan siaran interaktif juga di situ. Ya Cuma bedanya itu saja, kalau kita nonton live secara langsung di lokasi di tempat itu, dengan nonton virtual itu beda banget rasanya. Orang mau nyawer juga bingung mau gimana nyawernya.

Ada solusi untuk konser atau pementasan tetap berjalan di Era Pandemi ini?

Kalau untuk konser sebetulnya belum ada solusi, kalau menurut saya ya. Konser virtual itu juga belum ada solusi kalau kita menargetkan untuk mencari saweran, tidak bisa. Kalau pun mau itu harus diprogram, misalnya kita akan mengundang orang-orang tertentu untuk membeli tiket atau password untuk zoom pementasan kita, mungkin itu bisa. Dan itu sudah dilakukan oleh salah satu komunitas teater dan itu jalan, Cuma kan prosesnya lumayan, butuh biaya tempat, karena tempatnya harus memadai tidak boleh ada pembocoran suara, biaya, dan lain sebagainya. Berbeda dengan café atau rumah makan yang udah tinggal pake. Jadi belum nyaman.

Peran Pemerintah Kota Serang dalam hal berkesenian menurut anda seperti apa?

Sebenarnya sih dari dulu gitu-gitu aja ya, dari dulu memang di pemerintahan itu sudah ada yang namanya program kebudayaan, apakah itu bentuknya pentas seni, pelatihan, dari dulu sampai sekarang memang ada, perannya ada, ya Cuma ya gitu-gitu aja, stagnan, tidak ada peningkatan apalagi di pandemi seperti ini. Pentas-pentas itu malah kurang, padahal sebenarnya pentas bisa dilakukan secara daring.

Ada saran?

Saran saya untuk Pemkot cobalah ngobrol secara serius bagaimana, apa yang dikembangkan oleh pemerintah Kota Serang dari sektor kesenian kek, apakah kesenian tradisional, apakah kesenian modernnya kaya kota-kota lain, kaya misalnya di purwakarta itu sudah maju, di banyuwangi punya nama, punya brand, punya sesuatu hal yang bisa dibanggakan, jadi itu PR dari Pemkot. Ngobrol lah sama temen-temen seniman yang serius dalam bidangnya.

BACA JUGA

Leave a Comment