Beranda » Mengenal Pendidikan Sepanjang Hayat

Mengenal Pendidikan Sepanjang Hayat

by Ade Miftahul Irfan

Kalimat “pendidikan sepanjang hayat” atau long life education. Mungkin sering sekali terdengar ditelinga kita. Tapi, apakah kita sudah benar-benar mengetahui apa makna yang dalam dan tersirat dari kalimat tersebut ? saat pandemi covid 19 belum mewabah di Negara kita, Proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka di berbagai lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan dasar, menengah hingga lembaga pendidikan tinggi. Mayoritas proses pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka, atau interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik, hanya sebagian kecil dari proses pembelajaran tersebut yang dilakukan dalam jaringan atau online. Namun, semua itu berubah saat pandemi covid 19 mewabah di Negara kita. Proses belajar mengajar pun mayoritas dialihkan ke pembelajaran dalam jaringan dan sebagian kecil lainnya dilakukan dengan tatap muka.

Secara tidak langsung hal ini merbuah pola pendidikan atau kurikulum di Indonesia khusunya. Dimana pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan lembaga pendidikan. Mau tidak mau haruslah beradaptasi dengan keadaan ini, proses transfer ilmu pengetahuan pun harus tetap dilakukan walau dengan cara dan keadaan apapun guna melahirkan generasi-generasi yang unggul dan siap menghadapi tantangan zaman dan masa yang berkemajuan. Berubahnya pola pendidikan di Negara kita khususnya ini tak ayal sebenarnya sudah lumrah terjadi, dimana memang salah satu faktor perkembangan kurikulum adalah faktor perubahan sosial.

Berubahnya pola pendidikan di Negara kita khususnya ini tak ayal sebenarnya sudah lumrah terjadi, dimana memang salah satu faktor perkembangan kurikulum adalah faktor perubahan sosial.

Bersamaan dengan itu, dengan paradigma pendidikan seperti apapun sudah sepatutnya kita selalu mempunyai semangat berpendidikan sepanjang hayat, sebab dengan itu kita akan selalu belajar, akan selalu ada proses perbaikan dan perubahan seiring dengan berkembangnya pendidikan kita sampai hayat tak lagi dikandung badan. berpendidikan sepanjang hayat hakikatnya bukan hanya berpendidikan di lembaga pendidikan formal. Sebab, pada praktiknya banyak sekali orang yang merasa ilmu dan pendidikannya sudah cukup karena telah menyelesaikan pendidikan formal.

Padahal, lebih dari pada itu berpendidikan sepanjang hayat berarti menerapkan pola pendidikan di manapun, dalam keadaan apapun, dengan siapapun, dengan media apapun. Semangat berpendidikan harus tetap ada dan membara dalam setiap individu. Sebab hakikatnya pendidikan itu tidak semata berada di lembaga pendidikan formal, tapi lebih dari pada itu hidup dan berkehidupan kita di dunia ini pun adalah tempat untuk kita mengenyam pendidikan apapun sampai hayat tak dikandung badan.

Sebab hakikatnya pendidikan itu tidak semata berada di lembaga pendidikan formal, tapi lebih dari pada itu hidup dan berkehidupan kita di dunia ini pun adalah tempat untuk kita mengenyam pendidikan apapun sampai hayat tak dikandung badan.

Pendidikan sepanjang hayat hakikatnya adalah pola pikir yang seharusnya tertanam disetiap alam bawah sadar setiap orang. Dengan itu, tanpa sadar pola pikir tersebut mengarahkan manusia untuk memiliki semangat berpendidikan sepanjang hayat. Sebab, pada kenyataanya di dunia ini banyak sekali hal yang kita harus ketahui dan pelajari agar bisa menjadi manusia yang benar-benar menjadi manusia. Bukan yang raganya manusia tapi, pikiran dan tindak tanduknya bukan seperti manusia seharusnya. Keeadaan dunia kita dari masa kemasa selalu berbeda atau berjalan sesuai dengan masanya. Bagaimana manusia bisa beradaptasi dari masa ke masa jika tidak mempunyai semangat berpendidikan yang relevan dengan perembangan zaman.

Di antara semangat berpendidikan itu ialah, rasa keingin tahuan kita tehadap sesuatu yang baru, semangat untuk menguasai dan beradptasi dengan hal-hal baru tersebut, belajar dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Sebab, hakikatnya pendidikan bisa dilakukan dengan ada yang membimbing atau otodidiak. Saat ini untuk mengenyam pendidikan secara otodidak pun sudah banyak sekali sarananya. Tinggal diri kita sendiri yang menentukan mau berpendidikan atau tidak.

Mari kita patrikan dalam diri kita unuk memiliki pola pikir berpendidikan sepanjang hayat, lalu mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar kita bisa manjadi manusia seutuhnya yang berguna bagi sesama manusia dan mahluk lainnya. Bukan hanya manusia yang sekedar hidup, terlebih sekedar hidup dan tenggelam dengan kebodohan sampai akhir hayat. Sebab, setiap dari kita sebenarnya memiliki potensi besar yang perlu terus digali dan diasah agar potensi tersebut menjadi terlihat dan berguna untuk hidup dan berkehidupan di dunia. Jangan sampai, potensi tersebut malah menjadi tenggelam karena kemalasan kita semasa hidup. Oleh karenanya mari tancapkan dalam diri dan bersama kita amalkan “pendidikan sepanjang hayat”.

BACA JUGA

Leave a Comment